Senin, 22 September 2008

Penggunaan Teknologi RFID

Bagi sebagian besar perusahaan, RFID masih merupakan sesuatu yang asing dan “gelap”. Namun, Kimberly-Clark berani menembus kegelapan itu, bahkan ngotot menjadi early adopter . Bagaimana mereka melakukannya?

Membicarakan RFID ( radio frequency identification ) memang tiada habisnya. Teknologi yang disebut-sebut akan sangat berpengaruh terhadap supply chain global ini sudah lama menjtopik perdebatan dan pembicaraan hangat. Apalagi, ketika beberapa tahun lalu Wal-Mart, peritel raksasa AS, mengeluarkan mandat yang mewajibkan ke-100 pemasok utamanya menerapkan tag RFID pada produk-produk yang dikirimnya.

Sekalipun masih pada tahap awal, sejumlah perusahaan berbagai jenis dan ukuran di Amerika Utara mulai mencoba-coba memanfaatkan teknologi yang menjanjikan ini, baik yang berkeyakinan bahwa teknologi ini merupakan cikal bakal revolusi industri ritel maupun yang bersikap skeptis bahwa RFID tak lebih dari barcode yang lebih canggih.

Salah satu perusahaan yang telah mencicipi RFID sejak awal adalah Kimberly-Clark Corp., perusahaan raksasa yang memroduksi produk-produk berbasis kertas, seperti tisu Kleenex, dan sejumlah merek kondang lainnya, seperti popok Huggies dan Depend. Perusahaan, yang bermarkas di Dallas, ini merupakan perusahaan AS pertama yang mengapalkan sebuah produk yang sudah ditempeli label EPC di jalur distribusi komersialnya.

Keseriusan Kimberley-Clark untuk menerapkan RFID pun tak serta merta hanya didorong untuk memenuhi mandat peritel raksasa Wal-Mart, melainkan juga meningkatkan efisiensi supply chain -nya. Para eksekutif Kimberly rupanya memiliki keyakinan bahwa RFID bakal memberikan efisiensi just-in-time (JIT) sebagaimana yang telah dialami Toyota Motor Corp. dan Dell Inc.

Untuk mewujudkan ambisinya, perusahaan ini menggelar riset dan pengembangan RFID-nya sendiri. Tak tanggung-tanggung, perusahaan ini membangun gudang seluas hampir 500 meter persegi khusus untuk mengujicoba penggunaan RFID.

“Nantinya, ada suatu masa dimana kami dapat mengirim pesan peringatan kepada Wal-Mart, dan menanyakan mengapa sebuah rak pajang untuk produk kami kosong, padahal kami tahu bahwa produk itu tersedia di gudang,” tukas Terry Assink, CIO Kimberly-Clark.

Namun, impian just-in-time supply chain ini mungkin baru akan terwujud beberapa tahun mendatang. Saat ini, Kimberly-Clark masih sibuk memikirkan cara bagaimana mengintegrasikan tag RFID-nya ke dalam operasi perusahaannya, yang umumnya melibatkan para pemasok, rekanan bisnis dan pelanggannya. Upaya seperti ini terbilang sulit, apalagi banyak pihak yang sinis dengan mengatakan bahwa teknologi ini tidak akan pernah begitu murah. sehingga cukup layak ditempelkan pada sebuah kotak tisu Kleenex.

Harga memang masih menjadi handicap bagi teknologi yang berbasis gelombang radio ini. Para pengembang teknologi RFID kini masih sibuk mencari cara untuk menekan harga sebuah tag RFID di bawah 10 sen dolar AS. Saat ini, harga sebuah tag RFID paling rendah sekitar 30 sen dolar. Beberapa pihak bahkan mengatakan harga tag bisa mencapai 1 sen pun itu dipandang masih terlalu mahal

Assink mengakui bahwa RFID memang perlu dibuat murah. Selain itu, teknologi itu perlu disebar lebih luas lagi, sebuah proses yang menurut Assink membutuhkan waktu lima atau 10 tahun lebih, karena tidak semua peritel maupun produsen consumer goods memiliki kecepatan tingkat pengadopsian teknologi yang sama. Dan, untuk aplikasi ini, RFID juga dipandang masih memiliki kelemahan yang cukup signifikan, antara lain kesulitan mentransmisikan radio melalui bahan-bahan cair dan logam.

Namun, kesulitan-kesulitan seperti ini tidak membuat Kimberly-Clark bergeming. Bahkan, Assink mengatakan dirinya kini lebih yakin bahwa RFID bakal berdampak positif ketimbang pertama kali ia mengenal RFID sekitar 5 tahun lalu, saat perusahaannya mulai mempertimbangkan teknologi ini.

“RFID akan memberikan kami visibilitas ke seluruh rantai pasok kami, mulai dari pemasok sampai ke rak-rak pajang di toko-toko ritel. Jadi, bayangkan saja manfaat yang bakal kami peroleh,” tukas Assink.

Berawal dari obrolan
Inisiatif RFID di Kimberly-Clark berawal dari perbincangan dua eksekutif perusahaan ini, Greg Tadych, direktur sistem bisnis Kimberley-Clark, dan Michael O’Shea, yang ketika itu menjabat sebagai direktur logisitik untuk Amerika Utara. Keduanya sama-sama belum lama menghadiri konperensi mengenai RFID.

Menurut penuturan O’Shea, ketika ia melontarkan topik pembicaraan mengenai RFID, Tadych pun langsung menyambutnya dengan berbagai gagasan cemerlang untuk memanfaatkan teknologi anyar itu, misalnya stock tracking , perampingan proses pengiriman, proses penerimaan dan forecasting barang yang lebih baik, serta efisiensi penagihan.

Dari perbincangan itulah, benih-benih kolaborasi TI dan unit bisnis di Kimberly-Clark untuk menggelar RFID mulai muncul. Tak membuang waktu, Tadych pun menyampaikan pembicaraannya dengan O’Shea kepada Assink. Dari informasi itu, sang CIO menyadari bahwa RFID bakal menjadi inisiatif besar, sebuah proyek yang layak mendapatkan status FOAK, istilah internal Kimberly-Clark yang digunakan untuk inisiatif strategis bersifat “first of a kind.” Status ini tak pelak memberi jaminan kucuran dana, tanpa mempedulikan berapa lama waktu yang diperlukan bagi teknologi ini mempegaruhi bisnis Kimberly-Clark.

Perjuangan pun dimulai. Assink bersama-sama O’Shea dan koleganya mulai membangun business case , dan melakukan presentasi di hadapan executive steering committee Kimberly-Clark, sekitar tahun 2002. Steering committee ini terdiri dari para petinggi grup produk dan sejumlah eksekutif yang bertanggung jawab mengambil sejumlah kebijakan pengoperasian Kimberly-Clark, termasuk memberi persetujuan anggaran TI-nya.

Sementara itu, di tahun yang sama, Wal-Mart, sebagai pelanggan utama Kimberly-Clark mulai menggulirkan gagasan mewajibkan penerapan teknologi ini pada barang-barang yang dikirim pemasoknya. Hal itu merupakan blessing in disguise bagi upaya yang dilakukan Assink dan kawan-kawan. Tahun itu juga, executive steering committee Kimberly-Clark memberikan lampu hijau kepada Assink untuk memulai proyek RFID-nya.

Memenuhi mandat Wal-Mart, dan sekaligus menyesuaikan diri dengan para pemain ritel terkemuka yang juga mendorong penggunaan RFID, seperti Target Corp., Tesco maupun Metro Group, ternyata bukan alasan utama mengapa Kimberly-Clark tertarik dengan teknologi ini. Bagi perusahaan sebesar Kimberly-Clark, RFID merupakan “sumber uang.” Bukan dari hasil penjualan, namun dari potensi efisiensi yang bisa dipetik dari seluruh rantai pasoknya melalui revolusi proses inventory management -nya. Saat ini, Kimberly-Clark masih mengandalkan barcode . Padahal, barcode membutuhkan proses pemindaian, dan rak-rak produk yang kosong harus dicek dulu oleh seseorang sebelum diisi ulang.

Namun, sebuah rak pajang yang dilengkapi dengan sensor RFID dapat mengetahui, misalnya ketika persediaan pampers Huggies ukuran 5 di tempat itu menipis atau habis, dan secara otomatis mengirim alert ke peritel, distributor bahkan produsennya langsung.

Terobosan semacam ini diperkirakan akan berdampak pada penjualan yang lebih tinggi, baik bagi peritel maupun wholesaler , sekalipun angkanya masih sukar diperhitungkan. RFID Research Center di Universitas Arkansas , AS, dalam sebuah penelitiannya memperkirakan bahwa teknologi ini bisa mendongkrak penjualan sampai setengah persen. Kelihatannya memang tidak besar. Tapi, bagi perusahaan 300 miliar dolar seperti Wal-Mart prosentase peningkatan itu setara dengan 1,5 miliar dolar per tahun.

Kimberly-Clark juga berharap penerapan RFID ini dapat memperbaiki pengawasan inventorinya. Sekalipun memiliki supply-chain kelas dunia, toh perusahaan ini masih saja tetap menuai keluhan dari pelanggannya, yang mengklaim bahwa mereka kekurangan pasokan. Bahkan, hal ini nyaris terjadi setiap hari. Menurut O’Shea, para konsumennya mungkin sudah menerima barang yang dimaksud, tapi informasi barcode -nya tidak tepat, sehingga terkesan mereka belum menerimanya. Selain itu, jika di satu lokasi ada kekurangan stok, mungkin di lokasi lain malah kelebihan stok barang.

Dari gambaran itu, tak heran bila Kimberly-Clark terus ngotot mengembangkan RFID. Tapi, kenyataannya, dampak positif penerapan RFID belum sepenuhnya dirasakan perusahaan ini. Saat ini, kurang dari 1 persen dari produk-produk Kimberly-Clark yang ditempeli tag RFID. Itu pun masih pada tingkat case dan pallet . Selain itu, hanya segelintir peritel yang kini mendorong penggunaan RFID, sekalipun salah satu di antaranya adalah peritel raksasa Wal-Mart.

Belum lagi berbicara tagging produk secara individual, atau menempatkan pemindai RFID di setiap rak pajang yang ada di toko-toko ritel terkemuka. Jelas hal itu membutuhkan investasi yang sangat besar. Sebagai gambaran, sebuah toko Wal-Mart memiliki 12.000 buah rak pajang setinggi 4 kaki. Jadi bayangkan seberapa banyak perangkat RFID reader yang harus dipasang.

Membangun R&D
Inisiatif pengembangan RFID di Kimberly-Clark kini dipusatkan di pabrik manufaktur dan pusat distribusi terbesarnya yang berlokasi di Neenah , Wisconsin, AS. Sekitar 500 meter persegi fasilitas gudangnya disulap menjadi laboratorium khusus untuk menguji coba RFID.

Laboratorium yang dinamakan Auto-ID Sensing Technologies Performance Test Center dirancang sedemikian rupa mendekati kondisi fasilitas pabrik dan distribusi sesungguhnya. Sebagai contoh, di laboratorium raksasa ini Kimberly-Clark menyediakan conveyor loop sepanjang 83 meter, dengan kecepatan gerak 60 dan 76 meter per menit. Sementara bagian lainnya mensimulasikan fasilitas ban berjalan berkecepatan 183 meter per menit, yang biasa digunakan di peritel kelas kakap seperti Wal-Mart, Target dan lainnya. Selain itu, ada pula peralatan-peralatan yang digunakan Kimberly-Clark untuk mengemas produk-produknya.

Di fasilitas inilah, sejumlah perangkat berbasis teknologi RFID mengalami pengujian berat ala kawah candradimuka. Di tempat itu pula suatu tim khusus yang terdiri dari para ahli kemasan dan spesialis sistem informasi mengembangkan kemasan RFID untuk meneliti kompatibilitasnya terhadap seluruh produk buatan Kimberly-Clark.

Banyak teknik penerapan yang terbukti layak, namun tak jarang yang gagal. Sebagai contoh, penempatan pembaca RFID di setiap gerbang keluar masuk barang ternyata tidak efektif, khususnya ketika gerbang-gerbang tersebut saling berdekatan. “Seringkali sebuah pembaca RFID menangkap sinyal dari barang yang melewati gerbang yang lain,” ujar O’Shea, yang belakangan ditunjuk menjadi direktur strategi dan teknologi AutoID dan RFID di Kimberly-Clark.

Artinya, memasang pembaca di 1.000 gerbang pengiriman barang di berbagai fasilitas manufaktur dan distribusi Kimberly-Clark berpotensi tidak meminimalkan kesalahan pengiriman barang, yang merupakan salah satu alasan utama perusahaan ini berinvestasi besar-besaran pada RFID.

Kimberly-Clark juga mendapat masalah ketika menggunakan pembaca RFID di unit-unit forklift -nya. Selain berpotensi remuk akibat benturan, ternyata sinyal RFID tidak begitu berfungsi, baik ketika berhubungan dengan barang-barang logam.

Di sisi lain, upaya perusahaan ini untuk meneliti segala kemungkinan penerapan RFID juga membuahkan pelajaran-pelajaran yang lebih produktif. Misalnya, trik-trik penempatan maupun pemilihan tagging RFID, yang bukan tidak mungkin bisa menjadi masukan dan best practice aplikasi RFID di perusahaan lain. Sebagai contoh, Kimberly-Clark menemukan bukti bahwa produk-produk yang berbeda membutuhkan jenis tag yang berbeda pula . Tag dan pembaca RFID yang bisa berfungsi baik untuk produk tisu kering misalnya, belum tentu bisa diterapkan pada produk tisu basah.

Kimberly-Clark juga meneliti dampak perubahan lingkungan pada tag RFID. Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang terjadi ketika produk-produk berlabel RFID, perusahaan melakukan uji coba pengiriman barang dengan kapal ke Malaysia , guna mengetahui efek suhu, kelembaban maupun faktor-faktor lainnya. Tak tanggung-tanggung, perusahaan ini juga meneliti dampak tag RFID itu sendiri terhadap lingkungan.

Kesulitan-kesulitan ini tidak membuat Kimberly-Clark surut. Bahkan, perusahaan ini tengah membangun laboratorium uji coba kedua di fasilitas yang berlokasi di Roswell , Georgia , AS. Sementara untuk memenuhi kebutuhan staf R&D yang handal, Kimberly-Clark menggandeng Michigan State University dan University of Wisconsin Stout, yang dikenal kalangan industri AS memiliki keunggulan dalam riset kemasan.

Tersedia kapan saja
Infrastruktur fisik adalah sebagian dari tantangan inisiatif RFID yang dihadapi Kimberly-Clark. Tantangan yang juga tak kalah berat adalah pembenahan infrastruktur TI-nya. Jika RFID benar-benar digelar sepenuhnya di seluruh titik rantai pasok, maka Kimberly-Clark harus siap menampung dan mengolah luapan data yang dipasok pemindai RFID setiap detik, 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setiap tahunnya. Belum lagi pembenahan dari sisi perangkat lunaknya.

Hal ini bukannya tidak disadari Assink. Pertengahan tahun 2004, ia pun menugasi Tadych untuk mengembangkan rencana aplikasi strategis RFID. Rencananya, Kimberly-Clark akan fokus mengembangkan dua solusi supply chain sendiri, yakni program bukti kiriman ( proof of delivery ) elektronik, dan program pengelolaan sediaan stok ( out-of-stock management ).

Infrastruktur komunikasi pun dibenahi. Jaringan data Kimberly-Clark nantinya tidak saja harus sanggup menyalurkan volume data sangat besar yang bakal dihasilkan RFID, tetapi juga melayani kebutuhan pelanggan maupun pemasoknya.

“Kami juga akan melibatkan rekanan bisnis kami dalam proyek percontohan aplikasi RFID ini,” timpal Jonathan Landon, direktur layanan komunikasi Kimberly-Clark. Hal ini tak pelak mengharuskan Kimberly-Clark menata ulang model keamanan jaringannya dana bagaimana membuat rekanan bisnisnya hanya bisa mengakses data-data yang relevan sesuai kebutuhannya. “Hal semacam ini belum pernah kami lakukan sebelumnya,” ujarnya.

Di sisi lain, curahan data yang dihasilkan RFID secara real time juga mengharuskan infrastruktur TI Kimberly-Clark siap digunakan kapan saja dibutuhkan ( high availability ), sanggup bekerja rodi 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Aplikasi-aplikasi yang sudah ada pun harus siap menangani data dalam skala yang jauh lebih besar. Yang jelas kami membutuhkan peningkatan infrastruktur untuk menangani jumlah pengenalan ( addressing ) dan kapabilitas penelusuran ( routing ) yang semakin besar, ujar Landon.

Saat ini, Landon masih bisa bernapas lega karena Kimberly-Clark memiliki kemampuan jaringan ( network throughput ) sebesar 43Gbps, dengan ruang yang mencukupi untuk melakukan ekspansi. Dari sisi kapasitas storage , Kimberly-Clark secara teratur akan membuang sebagian data-data RFID yang diperolehnya, dan hanya menyimpan data yang diperlukannya. Dengan pendekatan ini diharapkan infrastruktur storage -nya tidak akan kewalahan menampung curahan data dalam jumlah besar.

Pengguna awal
Sekalipun masih dalam tahap penyempurnaan, pelan namun pasti, penerapan RFID di produk-produk yang didistribusikan Kimberly-Clark terus meningkat. Di AS, produk-produk barang konsumen yang bertag-RFID tak hanya dikirim ke Wal-Mart saja. Sebagian produk Kimberly-Clark, saat ini, yang dikirim ke peritel besar seperti Target dan Albertsons sudah menggunakan tag RFID. Tahun lalu, tak kurang dari 1 juta kemasan produk berlabel RFID yang dikirim Kimberly-Clark ke Target, Albertson dan Wal-Mart.

Tak hanya itu, Kimberly-Clark memperluas produk-produk ber-RFID-nya ke pasar Eropa. Kuartal pertama tahun lalu, perusahaan ini mulai mendistribusikan produk-produk berlabel RFID ke para peritel terkemuka, Tesco di Inggris dan jaringan ritel terbesar di Jerman, Metro.

Untuk Tesco, Kimberly-Clark mulai memberikan label RFID di produk-produk yang dihasilkan di fasilitas manufakturnya di Barton, Inggris. Sementara pasokan produk untuk Metro ditangani fasilitas manufaktur Kimberly-Clark di Mienholz, Jerman.

Ambisi Kimberly-Clark untuk meng-RFID-kan seluruh bagian memang belum terpenuhi. Perjalanannya masih panjang. Masih banyak wilayah gelap ( dark territory ) yang masih harus dilaluinya. Seperti diakui Assink maupun para eksekutif Kimberly-Clark lainnya, RFID masih membuka banyak peluang atau ide-ide penerapan yang sekarang belum terpikirkan.

Itu baru dari sisi pengembangan teknologi RFID. Belum lagi masalah investasi, return on investment (ROI) dan, tentunya, manfaat langsung bagi bisnis Kimberly-Clark sendiri. Perusahaan ini masih harus berjuang keras untuk membuktikan bahwa langkahnya untuk mengadopsi RFID menguntungkan.

Tak heran, jika upaya raksasa Kimberly-Clark belum begitu ditanggapi para investor dan pemegang saham. Menurut analis A.G. Edwards & Sons Inc., Jason Gere, setidaknya dibutuhkan waktu dua tahun sebelum RFID mulai menunjukkan hasilnya pada perusahaan consumer goods raksasa seperti Kimberly-Clark atau Procter & Gamble.

Keputusan Kimberly-Clark menjadi pengguna awal RFID boleh dibilang langkah berani, namun dengan pertimbangan bisnis yang matang. Seperti diakui Assink, pihaknya tidak memiliki anggaran yang tidak terbatas, sehingga mereka harus selektif menerapkan gagasan ini di titik-titik yang memang berpotensi memberikan hasil terbaik.

Namun, menurut Gere, langkah Kimberly-Clark untuk jauh-jauh hari menyiapkan RFID merupakan langkah yang tepat, karena dalam beberapa tahun ke depan inisiatif seperti itu berpotensi memberi keunggulan kompetitif bagi Kimberly-Clark sendiri. Setidaknya, ketika perusahaan-perusahaan lain mulai mengadopsi RFID, Kimberly-Clark sudah berada jauh di depan.

sumber www.ebizzasia.com




Senin, 08 September 2008

Cara Menghitung Check Digit Barcode EAN13


Kode Barcode EAN-13 membagi kelompok dalam empat bagian, tiga angka untuk kelompok pertama, 4 angka untuk kelompok kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu angka untuk kelompok keempat. Tiga digit pertama mewakili Negara dimana barcode dikeluarkan, masing-masing Negara berbeda angka (nomor kodenya). Nomor 899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada Negara lain di dunia yang akan memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini biasanya dikenal sebagai FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan di dua Negara terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh suatu lembaga EAN International, kalau di Indonesia diatur oleh lembaga GS1 Indonesia

Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna (manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan nomor perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai barcode yang dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada perusahaan Indonesia lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”, maka hal ini tidak akan ada angka duplikasi.
Susunan lima digit berikutnya mewakili kode produk dan dialokasikan oleh perusahaan untuk produk-produk unik. Perusahaan harus secara mutlak memastikan bahwa mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua kali. Jika produk diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya (sekalipun sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW FORMULA”), nomor lima digit baru harus dialokasikan.

Dalam rencana produk pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai nomor barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang.
Check digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama. Sebuah perangkat lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat menghasilkan (menghitung) check digit ini. Check digit digunakan oleh barcode reader (alat baca barcode) untuk memastikan agar dibaca secara akurat. Reader (alat baca) barcode akan membaca keseluruh tiga belas digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun dari keduabelas pertama angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas dan jika hitungan ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode telah dibaca dengan benar.

Perhitungan Check Digit Barcode EAN13 menggunakan rumus Modulo 10 atau sisa hasil bagi 10

Berikut ini adalah cara meghitung cek digit barcode EAN 13

Sebagai contoh perhitungan angka 12345789012 dan cek digit belum kita ketahui:

Kode Barcode EAN : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
A. Check Digit : Pada saat ini belum diketahui
B. Digit : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
C. Dikalikan dengan : 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3
D. Hasil kali : 1 6 3 12 5 18 7 24 9 0 1 6 Total = 92
E. Dibagi dengan10 : 92/10 = 9 sisa 2
F. Check sum : 10 – Sisa = Check Digit
G. Check Digit : 8
Maka kode barcode menjadi 1234567890128

Kamis, 28 Agustus 2008

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa". (QS. Al Baqarah: 183)

Kepada semua teman-teman Blogger, selamat menunaikan ibadah puasa. Berikut ini adalah jadwal imsakiyah Ramadhan 1429 H untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Jika anda di luar wilayah DKI, jadwal imsakiyah untuk kota-kota lainnya di Indonesia bisa dilihat di sini.
Sumber :http://www.pkpu.or.id/imsyak/
"

Senin, 25 Agustus 2008

Cara Mengaktifkan Radio Access Point CISCO Aironet 1200 Series

Dikarenakan Access Point CISCO Aironet 1200 tersebut dari pabriknya diset "RADIO OFF" (Blank setting), jadi user harus melakukan set-up yang diperlukan terlebih dahulu sebelum menggunakan AP tersebut.

Langkah-langkah berikut mungkin bisa membantu untuk men-set-up konfigurasi dasar dari AP tersebut:

Assign New IP Address
Untuk setup new IP address bisa gunakan Console Cable (berwarna biru) yang dikoneksikan antara AP dan PC melalui serial port (COM Port).
Gunakan Windows Hyperterminal untuk melakukan setting. Setting COM-nya: Baud:9600, Parity:None, Data:8, Stop:1.
Instruksi settingnya sebagai berikut :

Langkah selanjutnya Assign New SSID


Untuk setting RADIO nya (Power-ON/Enables Radio)
Berikut langkah-langkahnya, semoga dapat membantu

Selasa, 12 Agustus 2008

SATO Barcode Printer


SATO is a pioneer in the Automatic Identification andData Colection (AIDC) industry and the inventor of the world’s first electronic thermal transfer barcode printer. It revolutionized the barcoding industry by introducing the Data Col ection System (DCS) & Labeling concept – a total barcode and labeling solution providing high quality barcode printers, scanners/hand-held terminals, label design software and consumables. SATO is one of the first in the industry to introduce a complete, multi-protocol EPC-compliant, UHF RFID solution.Today, SATO continues its tradition of designing and manufacturing high quality industrial printers that deliver reliable performance with each print job. For ease of Operation, All version of Label Gallery can operate on all windows and Japanese Operating System.
Software & Software Development
LabeL GaLLery 2 - Label Design Software
Label Gallery 2 is a unique label design and production suite of software based on an easy-to-use and intuitive user interface designed specifically for SATO Printers.Label Gallery 2 offers a family of professional labeling software products including a multi-lingual user interfaceand complete barcode printing solutions for desktop and enterprise users.
LabeL GaLLery 3 - Label Design Software

In addition to off-the-shelf labelling solutions, INDONAGATOMI ( www.barcode-id.co.id ) sole distributor in Indonesia Market for SATO product also has an inhouse team of Software Development Engineers to cater to special requirement and customise software that fits and matches.

LabeLs and Ribbon
INDONAGATOMI ( www.barcode-id.co.id ) Supplies are produced with the highest quality materials to ensureoptimum print performance and long life for the printhead. They are specifically manufactured to complement the features of SATO printers,but will work equally well on other thermal printers.

M10e
A new addition to the SATO Family, the M-10e is a high speed, wide-web printer that prints a whooping 10,5 wide label without blinking an eye. It is especially useful and ideal for large compliance label applications.
• Large format industrial printer
• Industry leading throughput
• High-speed interface
• Up to 11.8" wide
• Wrinkle-free media handling
• Options and features rich
• Wide range of interface connectivity options using I/F Plug-In Modules
Printing Speed 3" - 5"/s (75 - 125 mm/s)
Weight 50.7 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 10.51" W x 16.54" L (266.7 mm x 420 mm
Dimensions 18.7" W x 12.3" D x 12.5"
Print Resolution 305 dpi (12 dpmm)

GL4e Series
• Field-upgradeable UHF RFID option
• Competitive emulations
• Industrial mid-range solution
• Multi-port interfaces
• Industry-leading printer management utility
• Maintenance simplicity
• LARGE graphical LCD
• Standard tri-port communication protocols
Printing Speed Up to 10"/s (254 mm/sec)
Print Resolution 203/305 dpi (8/12 dpmm)
10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
Weight 33 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Dimensions 10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
Max Print Area 4.09" W x 98.98" L (104 mm x 2514 mm)

GL4e RFID Series
Industries first thermal printer designed for UHF RFID printing/encoding. The GL4e EPC Gen 2 printer is ideal for asset tracking, inventory management, shipping/receiving and distribution.
Printing Speed Up to 10"/s (254 mm/sec)
Print Resolution 203/305 dpi (8/12dpmm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.09" W x 98.98" L (104 mm x 2514 mm)
Dimensions 10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
RFID Supported UHF (EPC)

M84Pro
The M-84PRO is by far, the SATO printer with the highest resolution. It comes with interchangeable print heads that allow user to select printing at 203,305, or 609 dpi. Coupled with speed, this printer is a must-have for all high volume printing needs. What’s more is the availability of the various accessories to help make this printer a reliable all-rounder, all year round.
• User configurable 203, 305, or 609 dpi print resolution
• RISC CPU for outstanding performance
• High print speed
• High print quality and print resolution
• Heavy-duty metal industrial construction
• Wide range of interface connectivity options using I/F Plug-In Modules
• Proven rugged reliable design
• 18 MB of on-board memory
• Print from any Windows® application
203 dpi - up to 10"/s
Printing Speed 305 dpi - up to 8"/s
609 dpi - up to 6"/s
Print Resolution 203/305/609 dpi (8/12/24 dpmm)
Processor 32-Bit RIS
Weight 39.7 lbs.
Max Print Area 203 dpi - 4.1" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
305 dpi - 4.1" W x 32.8" L (104 mm x 835 mm)
609 dpi - 4.1" W x 14" L (104 mm x 356 mm) 10.4"
Dimensions (W) x17.1" (D) x 13.4" (H)


CL408e RFID/412e RFID
The ideal solution for EPC compliance, tracking, security, and internal closed-loop RFID applications. In a one-step process the CLe RFID printers write, verify and print smart labels and tags with embedded RFID transponders.
Printing Speed 2" - 6"/s (50 - 150 mm/s)
Print Resolution 203 dpi - 4.1" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
305 dpi - 4.1" W x 32.8" L (104 mm x 835 mm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.09" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
Dimensions 10.7" (W) x 16.9" (D) x 12.6" (H)
RFID Supported UHF (EPC) / HF (ISO 15693)


CL608e/612e
SATO’s extraordinary CL6 “e” series print a full 6 – 6,5” wide image accepting media of up to 7”. Specially designed to serve the industrial sector where harsh environment is always the norm, this heavy duty series comes with a rigid chassis that is housed in a durable steel case to ensure consistent print quality. With every CL6 ‘e’ series of printer is the exlusive SATO printhead control circuit which monitor the printhead conditions and automatically adjusts print energy for optimum print quality. And now, the ‘enhanced’ version with an amazing throughput takes you a step forward in all technological sense.
Printing Speed 4" - 8"/s (100 - 200 mm/s)
Print Resolution 203 dpi on CL608e (8 dpmm)
305 dpi on CL612e (12 dpmm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 6.0" W x 49.2" L (152 mm x 1249 mm) on CL608e
6.5" W x 32,8" L (165 mm x 833 mm) on CL612e
Dimensions 165mm (W) x 430mm (D) x 298 (H)
Weighs 19 kg

MB Series
• 802.11b, Bluetooth and RS232 connectivity
• Up to 1.89"/4" wide print
• Rugged design
• Light weight
Dimensions 3.5" (W) x 5.03" (D) x 2.9" (H)
Weight 0.9 lbs. (with battery)
Print Resolution 203 dpi (8 dpmm)
Max Print Area 1.89" W x 6.3" L (48 mm x 160 mm)
Printing Speed Up to 4"/s (100 mm/s) at 16% printing coverage

CX400
SATO’s new latest desktop printer, CX400 comes with a 32-Bit High RISC processor and allows for maximum throughput directly from standard Windows application as well as from SATO’s preparatory labeling software – SATO Label Gallery. The CX400 not only boats of a sleek look with its smooth lines but also of its sturdy chassis. Offering a superior print quality, the CX400 is more than perfect for low volume printing needs. Designed with “ease to usage” in mind. Its wide loading compartment makes it easy for media loading (5”OD label roll can be loaded).
• Compact design
• Economical solution for low volume applications
• Easy loading and maintenance
• Up to 4 ips print speed
• Large media capacity
Printing Speed 1 - 4"/s (25.4 - 101.6 mm/s)
Print Resolution 203 dpi (8 dpmm)
Max Print Area 4.1" W x 45" L (104 mm x 1143 mm)
Dimensions 7.7" (W) x 10.2" (D) x 6.5" (H)
Weight 8.1 lbs.

CT400/410
At last, a barcode printer small enough to fit into whatever little space you have and at the same time, print a variety of linear & 2D barcode symbologies. With high data transfer & processing speeds, the CT print continuously, without pausing between labels, even when label design are of completely different text and/ or graphics. It even comes with Windows driver that allows the creation of label format using virtually any Windows based programme.
• RISC CPU for outstanding performance
• High print speed
• High print quality and print resolution
• Compact feature-rich design
• Antibacterial plastic enclosure
• Wide range of internal interface connectivity options including Ethernet
2" - 6"/s (50 - 150 mm/sec) on CT400
Printing Speed 2" - 4"/s (50 - 100 mm/sec) on CT410
Print Resolution 203 dpi on CT400 (8 dpmm)
305 dpi on CT410 (12 dpmm)
Weight 6.6 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.1" W x 15.7" L (104 mm x 400 mm)
Dimensions  7.8" (W) x 9" (D) x 7.1" (H)

DR300
Touch-Screen with 10-Key-Pad controller gives ease of operation & better productivity
This retail printer has stand-a-lone feature, which means you do not need a separate computer to design your labels &tags. The optional user-friendly Touch-Screen with 10-Key-Pad controller gives ease of operation & better productivity. With the Enhanced ROM, the DR300 is now capable of calculating Discount, GST/VAT and Unit Item Price. With an optional memory card, it can store up to 2800 sets of pre-set data.
Print Resolution 203dpi (8dpmm)
Max. Print Area W80mm x L178mm (W3.15” x L7”)
Print Speed 100, 125, 150mm/sec (3.94, 4.92, 5.91 ips)
Dimension W212 x D392 x H240mm (W8.3” x D15.4” x H9.4”)
Weight 8kg

Senin, 11 Agustus 2008

Google Toolbar - How to Add it to Your Browser and Why You Want to Do It

In simple terms, a web browser toolbar is any group of buttons or icons that activate a given program function when clicked. They are designed to offer shortcuts to commonly used functions when you browse the Internet.

It's a worldwide accepted fact that Google is the most popular search engine amongst thousands of Internet search engines. But if you have to pull up Google's home page every time you run a search, you're wasting time. Google Toolbar was designed as a tool to make the Internet surfing easier and help people find the information they are looking for as quickly and easily as possible.
Google toolbar offers major benefits and other miscellaneous useful features, which are listed below:
Google Search Window: Take Google's search window with you anywhere you go on the Internet. This built-in search window makes it incredibly easy to make a quick and efficient search regarding anything you happen to be reading. It helps people find the information they are looking for as quickly and easily as possible.
Pop-Up Blocker: Pop-up ads - the little advertisement windows that sprout like weeds in your garden that "pop up" in your browser window and are a real impediment to productivity. It's best to use a pop-up blocker, which prevents these annoyances from opening as you surf the web. The Google toolbar has a built-in pop-up blocker that provides relief from this perpetual pest.
Auto Fill: The Google toolbar's auto fill function can save you scads of time filling out order forms and other pages on the Web. The feature lets you store your name, address, and other information in one place securely on your computer. This allows you to automatically have any form filled in based with your saved personal information and drastically speed up the process of filling out forms and applications online.
Additional Features: Google is continuously making updates and upgrades to the functions represented on the Google toolbar. Now they have options for spell check, a word translator and an autolink feature that instantly provides a map of a given location, bookmarks, a VIN number that gives a vehicle's history, ISBN numbers to book history, etc.
Google Toolbar for Internet web browsers is a feature provided by Google Inc. and it can be installed in almost any browser including Internet Explorer (IE) and Firefox. It provides you a Google search bar directly in your browser window. To install Google toolbar in your browser, first you must make sure you have an eligible operating system like Windows. It can be installed by navigating to: http://toolbar.google.com and following Googles installation instructions.
After you've installed Google Toolbar, you will notice it has a shortcut to the Google Bookmark page and Page Rank indicator. The Page Rank indicator denotes a web pages importance according to Google. Website pages are ranked on a scale of 0-10. Zero being the least important and ten the most important. Google Toolbar also has a feature that allows you to login quickly to your blog or Gmail account.
Google is also offering a new version of the Toolbar for enterprise environments. With this new version, a business can distribute customized toolbars to their users pre-loaded with custom buttons for Intranet sites, employee directories, and frequently used information sources.
These are just a few of the useful features provided by Google toolbar. It should be clear that Google Toolbar is a must for anyone who uses an Internet browser on a regular basis for faster and more efficient Internet surfing experience.

Steve Kozyk
CEO/Founder ITegrity
SEO Web Development & Custom Web Site Design Company
http://www.itegritygroup.com
Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Steve_Kozyk

Getting Started in SEO - What is SEO and How it Benefits Your Website

Having trouble getting started in SEO? Here is a little article in the first of a series I wrote up giving you layman's knowledge about how to get started in SEO. You can literally get started in SEO straight away right after you finish reading this article. Heck, I'm practicing SEO as we speak by writing this article. My aim in this article is to explain to you what it is and why you would want to think about learning about how to get started in SEO.

You need a solution to a problem. You turn on the computer, go online onto Google and type in your problem. The first page has numerous, relevant, important pages that provide you with solutions to your problem.
Welcome to the world of SEO.
SEO stands for Search Engine Optimization. It is one of the most popular free means of getting "traffic" to a site. In layman's terms, it means getting interested people to click onto the link for your website.
It is an important skill of Internet Marketers and Webmasters; Internet Marketers want their stuff to be bought, so they try to optimize their site to show up on page one of a search engine. Webmasters, those in charge of maintaining the design and popularity of a site, also have to be SEO specialists.
So. How do you go about getting started in SEO and getting your site to show up on the first page of a search engine? I'll tell you now that it's not easy getting started in SEO. A page that may have been number 1 a week a go may be number 2 this week. SEO should ideally be maintained regularly. That is, if you want your page to stay on top.
Without further ado, let's get started in SEO!
All content online is connected. It's a small world online, thanks to the search engines. They employ the use of mathematical formulae to calculate how "relevant" a page is. It also gauges the "importance" of a site by how many links point towards the site, ie. a site that has 10 recommendations from other sites will rank higher than a site that has 9 recommendations. But it doesn't stop there. Those 9 or 10 sites that link back to your site have to be deemed as "important" themselves to boost up your website.
Naturally, these two points go hand-in-hand; when you're getting started in SEO, try and have content that is relevant. Relevance leads to the article being deemed as an authoritative source and hence it will more likely get linked by big sites. Write to get interest, not to get traffic.
That's it for one article. To summarise, in order to get started in SEO, you have to write interesting, relevant content that would want people to link to your website,since that increases your important and subsequently, page number. Good luck getting started in SEO!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com