Jumat, 08 Agustus 2008

Simbologi Barcode

Dari banyak jenis barcode yang berbeda-beda, hanya 6 yang umum digunakan antara lain: EAN, UPC, Interleaved 2 of 5 (ITF), Code39, Codabar, dan Code 128.

EAN
EAN adalah singkatan dari European Article Number. Ada dua tipe utama barcode EAN: EAN 13 yang menampilkan angka tiga belas digit dan EAN 8 yang mengkodekan delapan digit. Dalam system ini digunakan kata digit dan bukan karakter. Tidak ada karakter Alphabet yang diperkenankan dalam kode ini.

EAN-13
Kode EAN-13 membagi kelompok dalam empat bagian, tiga angka untuk kelompok pertama, 4 angka untuk kelompok kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu angka untuk kelompok keempat.
Tiga digit pertama mewakili Negara dimana barcode dikeluarkan, masing-masing Negara berbeda angka (nomor kodenya). Nomor 899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada Negara lain di dunia yang akan memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini biasanya dikenal sebagai FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan di dua Negara terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh EAN International.

Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna (manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan nomor perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai barcode yang dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada perusahaan Indonesia lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”, maka hal ini tidak akan ada angka duplikasi.

Susunan lima digit berikutnya mewakili kode produk dan dialokasikan oleh perusahaan untuk produk-produk unik. Perusahaan harus secara mutlak memastikan bahwa mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua kali. Jika produk diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya (sekalipun sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW FORMULA”), nomor lima digit barus harus dialokasikan.
Dalam rencana produk pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai nomor barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang.
Check digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama. Sebuah perangkat lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat menghasilkan (menghitung) check digit ini. Check digit digunakan oleh barcode reader (alat baca barcode) untuk memastikan agar dibaca secara akurat. Reader (alat baca) barcode akan membaca keseluruh tiga belas digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun dari keduabelas pertama angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas dan jika hitungan ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode telah dibaca dengan benar.

EAN-8
Barcode EAN 8 dibuat dengan cara serupa dengan EAN 13. Ketiga digit pertama merupakan Flag, yang diikuti oleh empat digit Pengenal Singkat (Short Identifier) berikutnya. Pengenal ini terdiri dari dua digit nomor perusahaan dan dua angka lainnya untuk produk yang unik. Digit terakhir juga merupakan check digit.

UPC (Universal Product Code)
UPC diciptakan oleh Amerika Serikat yang mewakili Kode Produk Universal (Universal Product Code) dan setara dengan European Article Number, EAN. Kode-kode UPC mudah dilihat mata yang tak terlatih yang hamper tepat sama dengan kode-kode EAN, tetapi hanya akan mengkodekan dua belas digit (UPC-A) dan delapan digit (UPC-E)

INTERLEAVED 2 OF 5
Tipe barcode lainnya adalah yang dikenal dengan nama Interleaved 2 of 5 atau ITF, seperti EAN, maka kode ini merupakan simbologi yang hanya terdiri dari angka-angka tetapi panjangnya dapat berubah-ubah. Satu-satunya factor pembatas untuk panjang kode ITF adalah kemampuan alat baca yang akan digunakan untuk membaca kode tersebut dan juga bahwa ITF harus memiliki jumlah digit genap.

ITF digunakan untuk aplikasi industri dimana kode angka saja sudah mencukupi dan juga digunakan dalam lingkungan penjualan eceran untuk menandai BUNGKUS LUAR. ITF juga digunakan oleh pedagang eceran perhiasan, sepatu, garmen/pakaian dll, karena karakter panjangnya yang dapat diubah-ubah.

CODE 39
Code 39 yang juga dikenal sebagai code 3 of 9, merupakan kode pertama berupa Alpha Numeric (huruf dan angka). Kode tersebut dapat membaca seluruh huruf besar abjad dan karakter angka serta karakter tambahan seperti -$ / + % * dan spasi. Huruf kecil tidak dapat dikodekan.
Code 39 juga dimulai dan diakhiri dengan tanda bintang (*) yang dikenal sebagai kartakter start/stop dan hanya boleh digunakan pada awal dan akhir kode.

CODABAR
Barcode lain yang umumnya digunakan adalah simbologi CODABAR, seperti Code 39 tetapi hanya angka-angka dan $ - / + saja yang dapat dikodekan. Karakter alpha tidak dapat dikodekan. Codabar juga menggunakan karakter start/stop, yaitu A, B, C dan D dan dapat digunakan sembarang kombinasi: satu untuk memulai kode dan satu untuk mengakhirinya. Dewasa ini simbologi ini sudah jarang digunakan.

CODE 128
Code 128 merupakan symbol barcode yang namanya mendefinisikan kemampuannya untuk mengkodekan seluruh karakter ASCII 128. Simbol ini juga terkenal karena kemampuannya mengkodekan karakter-karakter tersebut dengan menggunakan unsure kode per-karakter yang lebih sedikit sehingga menghasilkan kode yang lebih padat. Kode ini memiliki ciri khusus berupa karakter start dan stop yang unik untuk pengkodean dua arah dan panjangnya dapat diubah-ubah, baik paritas karakter bar maupun spasinya dan sebuah cek character untuk integritas symbol.

Barcode System Untuk Pemilu

Otomatisasi proses registrasi pemilih di TPS (pencatatan kedatangan, pengecekan kartu pemilih, pengecekan data ke daftar pemilih tetap, pengecekan apakah pemilih tersebut sudah datang sebelumnya) ternyata terbukti dapat mempercepat proses hampir 3 kali lipat. Kalau secara manual bisa pemilih yang diregistrasi di TPS adalah 4.8 pemilih per menit, dengan mengotomatisasinya makan kecepatannya dapat ditingkatkan menjadi 13.4 pemilih per menit.
Data di atas adalah hasil penelitian Dr. Hasyim Gautama yang dipresentasikan di Serial Diskusi Sabtuan ISTECS, hari Sabtu 28 Mei 2005 yang lalu dengan judul "Towards the Use of Electronic Voting for Indonesian Election". Untuk sebuah TPS dengan jumlah pemilih sekitar 1900 orang seperti di TPS KBRI Den Haag, Belanda, jelas terasa pemanfaatan e-technology dalam pelaksanaan Pemilu tahun lalu.

Teknologi yang digunakan adalah penggunaan barcode pada kartu pemilih. Ketika si pemilih datang, petugas di TPS cukup meng-scan barcode di kartu itu maka secara otomatis data pemilih akan tercek dengan cepat. Kemudian si pemilih dapat diberikan kartu suara untuk selanjutnya melakukan pencoblosan.

Tidak hanya dalam bentuk presentasi, Hasyim juga memberikan demo bagaimana sistim yang dibangunnya untuk PPLN Belanda ini bekerja, lengkap dengan hardwarenya seperti sebuah scanner tangan dan laptop. Contoh bagaimana misalnya ada orang yang mencoba datang untuk kedua kalinya, ternyata dapat mudah terdeteksi dengan sistim ini.

Dipaparkan juga bahwa pelaksanaan sebuah pemilu itu pada dasarnya terdiri dari 3 proses: registrasi pemilih, proses pecoblosan dan proses perhitungan suara. "UU kita tidak mengakui perhitungan suara secara elektronik, berarti pencoblosan harus juga dilakukan secara manual," papar Hasyim. Karena itu yang dapat diotomatisasi dengan menggunakan teknologi elektronik ini baru proses registrasi saja, papar doktor lulusan TU Delft, Belanda, ini.
Diskusi kemudian berkembang ke arah prospek pemanfaatan sistim ini dalam pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang akan mulai bergulir dengan segera. Karena itu, pembangunan sistim seperti ini sebenarnya investasi yang menguntungkan buat negara karena akan dipakai secara berulang dan terus menerus. Tantangannya adalah bagaimana membuat sistim ini murah karena ukuran sebuah laptop di Indonesia masih terasa mahal.

Pembicaraan yang berlangsung dalam suasana hangat dan penuh keakraban itu kemudian merekomendasikan untuk terus melakukan kajian penggunaan teknologi e-voting dalam dua fase selanjutnya, yaitu fase pencoblosan dan fase perhitungan suara. Meskipun UU belum memungkinkan, kita harus melangkah mendahului dengan menyiapkan kajian tentang hal itu, kata seorang peserta diskusi. Peserta yang lain mengusulkan untuk mempresentasikan sistim ini ke hadapan anggota legislatif baik pusat maupun daerah, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam pemilihan-pemilihan yang akan berlangsung. Ade K. Mulyana, director of research division ISTECS yang mengadakan acara ini, menyebutkan bahwa sistem ini sangat baik jika bisa diterapkan di Indonesia.(beritaiptek.com)

Pemanfaatan Barcode System Pada Perusahaan Penerbangan (Airline)

Perusahaan Penerbangan di Inggris saat ini telah mengijinkan penumpang untuk melewati keamanan tanpa penggunaan kertas (tiket atau semacamnya), tapi hanya menggunakan handphone saja.

Para pejabat disana telah meluncurkan sistem baru dimana sistem ini akan mengirimkan kode boarding-pass ke handphone atau peralatan elektronik hitech lainnya semacam organizer yang dimiliki oleh customer bagi mereka yang melakukan check-in secara online.

Perusahaan penerbangan ini adalah perusahaan yang pertama kali menerapkan sistem ini di Inggris, dimana sistem ini sedang diuji coba selama 3 bulan. Diharapkan bahwa sistem ini secara mendasar mampu mengurangi waktu tunggu (waiting times).

Pada tahap uji coba ini semua proses (boarding) dilakukan tanpa menggunakan kertas sama sekali seperti yang saat ini berlaku, sistem akan mengirimkan gambar barcode boarding pass ke handphone yang mempunyai kemampuan menerima pesan gambar. Barcode akan discan dua kali – pertama di security checkpoint dan berikutnya di boarding gate – sedangkan pesan teks yang berisi informasi penerbangan akan dibaca oleh kru kabin.

Sementara itu barcode dua dimensi hanya akan digunakan untuk menghindarkan penumpang memasuki area yang tidak diperbolehkan bagi mereka untuk memasukinya.

Pelayanan check-in ini diluncurkan lebih dari seminggu yang lalu dan sampai saat ini hanya melayani penerbangan antara London Heathrow dan Edinburgh, serta Manchester dan Belfast.

Jika proyek ini sukses, perusahaan berencana untuk memperluas sistem ini untuk melayani jurusan penerbangan yang lain dalam jaringan penerbangannnya, termasuk Glasgow dan Aberdeen.

Perusahaan ini mengatakan bahwa pelayanan ini diluncurkan sebagai bentuk bagian dari komitmen dari perusahaan untuk mengurangi time spent (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses) di airport dan untuk menjaga posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Inggris. Sebagai tambahan, sekarang penumpang tidak perlu lagi mencetak sesuatu ketika mereka melakukan check-in secara online.

Peter Spencer, seorang Managing Director perusahaan tersebut mengatakan: “Sistem paperless boarding adalah langkah ke depan yang signifikan dan menawarkan kesempatan untuk mem-bypass proses check-in di Airport.
Customer yang melakukan check-in secara online akan mempunyai boarding pass yang dikirimkan langsung ke handphone mereka, yang membuat mereka dapat langsung menuju ke security poin atau ke “System Bmi’s quick bag-drop stations” jika mereka membawa koper bawaan.

Barcode Unik









Kamis, 07 Agustus 2008

ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu)

kau gadisku yang cantik
coba lihat aku disini
di sini ada aku yang sayang padamu

kau gadisku yang manis
coba dekat aku disini
di sini ada aku yang cinta padamu

* walau ku tahu bahwa dirimu
sudah ada yang punya
namun aku tunggu sampai kau mau

reff:
woo woo jangan jangan kau menolak cintaku
jangan jangan kau ragukan hatiku
ku kan selalu setia menunggu
untuk jadi pacarmu

woo woo jangan jangan kau tak terima cintaku
jangan jangan kau hiraukan pacarmu
putuskanlah saja pacarmu
lalu bilang I LOVE U padaku

repeat *
repeat reff [2x]


Lirik'>http://liriklaguindonesia.net/s/st12/st12-puspa-putuskan-saja-pacarmu/">Lirik lagu ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu) ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download'>http://downloadlaguindonesia.net/downloadmp3.php">download MP3 ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu).


Template by : kendhin x-template.blogspot.com