Senin, 22 September 2008

Penggunaan Teknologi RFID

Bagi sebagian besar perusahaan, RFID masih merupakan sesuatu yang asing dan “gelap”. Namun, Kimberly-Clark berani menembus kegelapan itu, bahkan ngotot menjadi early adopter . Bagaimana mereka melakukannya?

Membicarakan RFID ( radio frequency identification ) memang tiada habisnya. Teknologi yang disebut-sebut akan sangat berpengaruh terhadap supply chain global ini sudah lama menjtopik perdebatan dan pembicaraan hangat. Apalagi, ketika beberapa tahun lalu Wal-Mart, peritel raksasa AS, mengeluarkan mandat yang mewajibkan ke-100 pemasok utamanya menerapkan tag RFID pada produk-produk yang dikirimnya.

Sekalipun masih pada tahap awal, sejumlah perusahaan berbagai jenis dan ukuran di Amerika Utara mulai mencoba-coba memanfaatkan teknologi yang menjanjikan ini, baik yang berkeyakinan bahwa teknologi ini merupakan cikal bakal revolusi industri ritel maupun yang bersikap skeptis bahwa RFID tak lebih dari barcode yang lebih canggih.

Salah satu perusahaan yang telah mencicipi RFID sejak awal adalah Kimberly-Clark Corp., perusahaan raksasa yang memroduksi produk-produk berbasis kertas, seperti tisu Kleenex, dan sejumlah merek kondang lainnya, seperti popok Huggies dan Depend. Perusahaan, yang bermarkas di Dallas, ini merupakan perusahaan AS pertama yang mengapalkan sebuah produk yang sudah ditempeli label EPC di jalur distribusi komersialnya.

Keseriusan Kimberley-Clark untuk menerapkan RFID pun tak serta merta hanya didorong untuk memenuhi mandat peritel raksasa Wal-Mart, melainkan juga meningkatkan efisiensi supply chain -nya. Para eksekutif Kimberly rupanya memiliki keyakinan bahwa RFID bakal memberikan efisiensi just-in-time (JIT) sebagaimana yang telah dialami Toyota Motor Corp. dan Dell Inc.

Untuk mewujudkan ambisinya, perusahaan ini menggelar riset dan pengembangan RFID-nya sendiri. Tak tanggung-tanggung, perusahaan ini membangun gudang seluas hampir 500 meter persegi khusus untuk mengujicoba penggunaan RFID.

“Nantinya, ada suatu masa dimana kami dapat mengirim pesan peringatan kepada Wal-Mart, dan menanyakan mengapa sebuah rak pajang untuk produk kami kosong, padahal kami tahu bahwa produk itu tersedia di gudang,” tukas Terry Assink, CIO Kimberly-Clark.

Namun, impian just-in-time supply chain ini mungkin baru akan terwujud beberapa tahun mendatang. Saat ini, Kimberly-Clark masih sibuk memikirkan cara bagaimana mengintegrasikan tag RFID-nya ke dalam operasi perusahaannya, yang umumnya melibatkan para pemasok, rekanan bisnis dan pelanggannya. Upaya seperti ini terbilang sulit, apalagi banyak pihak yang sinis dengan mengatakan bahwa teknologi ini tidak akan pernah begitu murah. sehingga cukup layak ditempelkan pada sebuah kotak tisu Kleenex.

Harga memang masih menjadi handicap bagi teknologi yang berbasis gelombang radio ini. Para pengembang teknologi RFID kini masih sibuk mencari cara untuk menekan harga sebuah tag RFID di bawah 10 sen dolar AS. Saat ini, harga sebuah tag RFID paling rendah sekitar 30 sen dolar. Beberapa pihak bahkan mengatakan harga tag bisa mencapai 1 sen pun itu dipandang masih terlalu mahal

Assink mengakui bahwa RFID memang perlu dibuat murah. Selain itu, teknologi itu perlu disebar lebih luas lagi, sebuah proses yang menurut Assink membutuhkan waktu lima atau 10 tahun lebih, karena tidak semua peritel maupun produsen consumer goods memiliki kecepatan tingkat pengadopsian teknologi yang sama. Dan, untuk aplikasi ini, RFID juga dipandang masih memiliki kelemahan yang cukup signifikan, antara lain kesulitan mentransmisikan radio melalui bahan-bahan cair dan logam.

Namun, kesulitan-kesulitan seperti ini tidak membuat Kimberly-Clark bergeming. Bahkan, Assink mengatakan dirinya kini lebih yakin bahwa RFID bakal berdampak positif ketimbang pertama kali ia mengenal RFID sekitar 5 tahun lalu, saat perusahaannya mulai mempertimbangkan teknologi ini.

“RFID akan memberikan kami visibilitas ke seluruh rantai pasok kami, mulai dari pemasok sampai ke rak-rak pajang di toko-toko ritel. Jadi, bayangkan saja manfaat yang bakal kami peroleh,” tukas Assink.

Berawal dari obrolan
Inisiatif RFID di Kimberly-Clark berawal dari perbincangan dua eksekutif perusahaan ini, Greg Tadych, direktur sistem bisnis Kimberley-Clark, dan Michael O’Shea, yang ketika itu menjabat sebagai direktur logisitik untuk Amerika Utara. Keduanya sama-sama belum lama menghadiri konperensi mengenai RFID.

Menurut penuturan O’Shea, ketika ia melontarkan topik pembicaraan mengenai RFID, Tadych pun langsung menyambutnya dengan berbagai gagasan cemerlang untuk memanfaatkan teknologi anyar itu, misalnya stock tracking , perampingan proses pengiriman, proses penerimaan dan forecasting barang yang lebih baik, serta efisiensi penagihan.

Dari perbincangan itulah, benih-benih kolaborasi TI dan unit bisnis di Kimberly-Clark untuk menggelar RFID mulai muncul. Tak membuang waktu, Tadych pun menyampaikan pembicaraannya dengan O’Shea kepada Assink. Dari informasi itu, sang CIO menyadari bahwa RFID bakal menjadi inisiatif besar, sebuah proyek yang layak mendapatkan status FOAK, istilah internal Kimberly-Clark yang digunakan untuk inisiatif strategis bersifat “first of a kind.” Status ini tak pelak memberi jaminan kucuran dana, tanpa mempedulikan berapa lama waktu yang diperlukan bagi teknologi ini mempegaruhi bisnis Kimberly-Clark.

Perjuangan pun dimulai. Assink bersama-sama O’Shea dan koleganya mulai membangun business case , dan melakukan presentasi di hadapan executive steering committee Kimberly-Clark, sekitar tahun 2002. Steering committee ini terdiri dari para petinggi grup produk dan sejumlah eksekutif yang bertanggung jawab mengambil sejumlah kebijakan pengoperasian Kimberly-Clark, termasuk memberi persetujuan anggaran TI-nya.

Sementara itu, di tahun yang sama, Wal-Mart, sebagai pelanggan utama Kimberly-Clark mulai menggulirkan gagasan mewajibkan penerapan teknologi ini pada barang-barang yang dikirim pemasoknya. Hal itu merupakan blessing in disguise bagi upaya yang dilakukan Assink dan kawan-kawan. Tahun itu juga, executive steering committee Kimberly-Clark memberikan lampu hijau kepada Assink untuk memulai proyek RFID-nya.

Memenuhi mandat Wal-Mart, dan sekaligus menyesuaikan diri dengan para pemain ritel terkemuka yang juga mendorong penggunaan RFID, seperti Target Corp., Tesco maupun Metro Group, ternyata bukan alasan utama mengapa Kimberly-Clark tertarik dengan teknologi ini. Bagi perusahaan sebesar Kimberly-Clark, RFID merupakan “sumber uang.” Bukan dari hasil penjualan, namun dari potensi efisiensi yang bisa dipetik dari seluruh rantai pasoknya melalui revolusi proses inventory management -nya. Saat ini, Kimberly-Clark masih mengandalkan barcode . Padahal, barcode membutuhkan proses pemindaian, dan rak-rak produk yang kosong harus dicek dulu oleh seseorang sebelum diisi ulang.

Namun, sebuah rak pajang yang dilengkapi dengan sensor RFID dapat mengetahui, misalnya ketika persediaan pampers Huggies ukuran 5 di tempat itu menipis atau habis, dan secara otomatis mengirim alert ke peritel, distributor bahkan produsennya langsung.

Terobosan semacam ini diperkirakan akan berdampak pada penjualan yang lebih tinggi, baik bagi peritel maupun wholesaler , sekalipun angkanya masih sukar diperhitungkan. RFID Research Center di Universitas Arkansas , AS, dalam sebuah penelitiannya memperkirakan bahwa teknologi ini bisa mendongkrak penjualan sampai setengah persen. Kelihatannya memang tidak besar. Tapi, bagi perusahaan 300 miliar dolar seperti Wal-Mart prosentase peningkatan itu setara dengan 1,5 miliar dolar per tahun.

Kimberly-Clark juga berharap penerapan RFID ini dapat memperbaiki pengawasan inventorinya. Sekalipun memiliki supply-chain kelas dunia, toh perusahaan ini masih saja tetap menuai keluhan dari pelanggannya, yang mengklaim bahwa mereka kekurangan pasokan. Bahkan, hal ini nyaris terjadi setiap hari. Menurut O’Shea, para konsumennya mungkin sudah menerima barang yang dimaksud, tapi informasi barcode -nya tidak tepat, sehingga terkesan mereka belum menerimanya. Selain itu, jika di satu lokasi ada kekurangan stok, mungkin di lokasi lain malah kelebihan stok barang.

Dari gambaran itu, tak heran bila Kimberly-Clark terus ngotot mengembangkan RFID. Tapi, kenyataannya, dampak positif penerapan RFID belum sepenuhnya dirasakan perusahaan ini. Saat ini, kurang dari 1 persen dari produk-produk Kimberly-Clark yang ditempeli tag RFID. Itu pun masih pada tingkat case dan pallet . Selain itu, hanya segelintir peritel yang kini mendorong penggunaan RFID, sekalipun salah satu di antaranya adalah peritel raksasa Wal-Mart.

Belum lagi berbicara tagging produk secara individual, atau menempatkan pemindai RFID di setiap rak pajang yang ada di toko-toko ritel terkemuka. Jelas hal itu membutuhkan investasi yang sangat besar. Sebagai gambaran, sebuah toko Wal-Mart memiliki 12.000 buah rak pajang setinggi 4 kaki. Jadi bayangkan seberapa banyak perangkat RFID reader yang harus dipasang.

Membangun R&D
Inisiatif pengembangan RFID di Kimberly-Clark kini dipusatkan di pabrik manufaktur dan pusat distribusi terbesarnya yang berlokasi di Neenah , Wisconsin, AS. Sekitar 500 meter persegi fasilitas gudangnya disulap menjadi laboratorium khusus untuk menguji coba RFID.

Laboratorium yang dinamakan Auto-ID Sensing Technologies Performance Test Center dirancang sedemikian rupa mendekati kondisi fasilitas pabrik dan distribusi sesungguhnya. Sebagai contoh, di laboratorium raksasa ini Kimberly-Clark menyediakan conveyor loop sepanjang 83 meter, dengan kecepatan gerak 60 dan 76 meter per menit. Sementara bagian lainnya mensimulasikan fasilitas ban berjalan berkecepatan 183 meter per menit, yang biasa digunakan di peritel kelas kakap seperti Wal-Mart, Target dan lainnya. Selain itu, ada pula peralatan-peralatan yang digunakan Kimberly-Clark untuk mengemas produk-produknya.

Di fasilitas inilah, sejumlah perangkat berbasis teknologi RFID mengalami pengujian berat ala kawah candradimuka. Di tempat itu pula suatu tim khusus yang terdiri dari para ahli kemasan dan spesialis sistem informasi mengembangkan kemasan RFID untuk meneliti kompatibilitasnya terhadap seluruh produk buatan Kimberly-Clark.

Banyak teknik penerapan yang terbukti layak, namun tak jarang yang gagal. Sebagai contoh, penempatan pembaca RFID di setiap gerbang keluar masuk barang ternyata tidak efektif, khususnya ketika gerbang-gerbang tersebut saling berdekatan. “Seringkali sebuah pembaca RFID menangkap sinyal dari barang yang melewati gerbang yang lain,” ujar O’Shea, yang belakangan ditunjuk menjadi direktur strategi dan teknologi AutoID dan RFID di Kimberly-Clark.

Artinya, memasang pembaca di 1.000 gerbang pengiriman barang di berbagai fasilitas manufaktur dan distribusi Kimberly-Clark berpotensi tidak meminimalkan kesalahan pengiriman barang, yang merupakan salah satu alasan utama perusahaan ini berinvestasi besar-besaran pada RFID.

Kimberly-Clark juga mendapat masalah ketika menggunakan pembaca RFID di unit-unit forklift -nya. Selain berpotensi remuk akibat benturan, ternyata sinyal RFID tidak begitu berfungsi, baik ketika berhubungan dengan barang-barang logam.

Di sisi lain, upaya perusahaan ini untuk meneliti segala kemungkinan penerapan RFID juga membuahkan pelajaran-pelajaran yang lebih produktif. Misalnya, trik-trik penempatan maupun pemilihan tagging RFID, yang bukan tidak mungkin bisa menjadi masukan dan best practice aplikasi RFID di perusahaan lain. Sebagai contoh, Kimberly-Clark menemukan bukti bahwa produk-produk yang berbeda membutuhkan jenis tag yang berbeda pula . Tag dan pembaca RFID yang bisa berfungsi baik untuk produk tisu kering misalnya, belum tentu bisa diterapkan pada produk tisu basah.

Kimberly-Clark juga meneliti dampak perubahan lingkungan pada tag RFID. Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang terjadi ketika produk-produk berlabel RFID, perusahaan melakukan uji coba pengiriman barang dengan kapal ke Malaysia , guna mengetahui efek suhu, kelembaban maupun faktor-faktor lainnya. Tak tanggung-tanggung, perusahaan ini juga meneliti dampak tag RFID itu sendiri terhadap lingkungan.

Kesulitan-kesulitan ini tidak membuat Kimberly-Clark surut. Bahkan, perusahaan ini tengah membangun laboratorium uji coba kedua di fasilitas yang berlokasi di Roswell , Georgia , AS. Sementara untuk memenuhi kebutuhan staf R&D yang handal, Kimberly-Clark menggandeng Michigan State University dan University of Wisconsin Stout, yang dikenal kalangan industri AS memiliki keunggulan dalam riset kemasan.

Tersedia kapan saja
Infrastruktur fisik adalah sebagian dari tantangan inisiatif RFID yang dihadapi Kimberly-Clark. Tantangan yang juga tak kalah berat adalah pembenahan infrastruktur TI-nya. Jika RFID benar-benar digelar sepenuhnya di seluruh titik rantai pasok, maka Kimberly-Clark harus siap menampung dan mengolah luapan data yang dipasok pemindai RFID setiap detik, 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setiap tahunnya. Belum lagi pembenahan dari sisi perangkat lunaknya.

Hal ini bukannya tidak disadari Assink. Pertengahan tahun 2004, ia pun menugasi Tadych untuk mengembangkan rencana aplikasi strategis RFID. Rencananya, Kimberly-Clark akan fokus mengembangkan dua solusi supply chain sendiri, yakni program bukti kiriman ( proof of delivery ) elektronik, dan program pengelolaan sediaan stok ( out-of-stock management ).

Infrastruktur komunikasi pun dibenahi. Jaringan data Kimberly-Clark nantinya tidak saja harus sanggup menyalurkan volume data sangat besar yang bakal dihasilkan RFID, tetapi juga melayani kebutuhan pelanggan maupun pemasoknya.

“Kami juga akan melibatkan rekanan bisnis kami dalam proyek percontohan aplikasi RFID ini,” timpal Jonathan Landon, direktur layanan komunikasi Kimberly-Clark. Hal ini tak pelak mengharuskan Kimberly-Clark menata ulang model keamanan jaringannya dana bagaimana membuat rekanan bisnisnya hanya bisa mengakses data-data yang relevan sesuai kebutuhannya. “Hal semacam ini belum pernah kami lakukan sebelumnya,” ujarnya.

Di sisi lain, curahan data yang dihasilkan RFID secara real time juga mengharuskan infrastruktur TI Kimberly-Clark siap digunakan kapan saja dibutuhkan ( high availability ), sanggup bekerja rodi 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Aplikasi-aplikasi yang sudah ada pun harus siap menangani data dalam skala yang jauh lebih besar. Yang jelas kami membutuhkan peningkatan infrastruktur untuk menangani jumlah pengenalan ( addressing ) dan kapabilitas penelusuran ( routing ) yang semakin besar, ujar Landon.

Saat ini, Landon masih bisa bernapas lega karena Kimberly-Clark memiliki kemampuan jaringan ( network throughput ) sebesar 43Gbps, dengan ruang yang mencukupi untuk melakukan ekspansi. Dari sisi kapasitas storage , Kimberly-Clark secara teratur akan membuang sebagian data-data RFID yang diperolehnya, dan hanya menyimpan data yang diperlukannya. Dengan pendekatan ini diharapkan infrastruktur storage -nya tidak akan kewalahan menampung curahan data dalam jumlah besar.

Pengguna awal
Sekalipun masih dalam tahap penyempurnaan, pelan namun pasti, penerapan RFID di produk-produk yang didistribusikan Kimberly-Clark terus meningkat. Di AS, produk-produk barang konsumen yang bertag-RFID tak hanya dikirim ke Wal-Mart saja. Sebagian produk Kimberly-Clark, saat ini, yang dikirim ke peritel besar seperti Target dan Albertsons sudah menggunakan tag RFID. Tahun lalu, tak kurang dari 1 juta kemasan produk berlabel RFID yang dikirim Kimberly-Clark ke Target, Albertson dan Wal-Mart.

Tak hanya itu, Kimberly-Clark memperluas produk-produk ber-RFID-nya ke pasar Eropa. Kuartal pertama tahun lalu, perusahaan ini mulai mendistribusikan produk-produk berlabel RFID ke para peritel terkemuka, Tesco di Inggris dan jaringan ritel terbesar di Jerman, Metro.

Untuk Tesco, Kimberly-Clark mulai memberikan label RFID di produk-produk yang dihasilkan di fasilitas manufakturnya di Barton, Inggris. Sementara pasokan produk untuk Metro ditangani fasilitas manufaktur Kimberly-Clark di Mienholz, Jerman.

Ambisi Kimberly-Clark untuk meng-RFID-kan seluruh bagian memang belum terpenuhi. Perjalanannya masih panjang. Masih banyak wilayah gelap ( dark territory ) yang masih harus dilaluinya. Seperti diakui Assink maupun para eksekutif Kimberly-Clark lainnya, RFID masih membuka banyak peluang atau ide-ide penerapan yang sekarang belum terpikirkan.

Itu baru dari sisi pengembangan teknologi RFID. Belum lagi masalah investasi, return on investment (ROI) dan, tentunya, manfaat langsung bagi bisnis Kimberly-Clark sendiri. Perusahaan ini masih harus berjuang keras untuk membuktikan bahwa langkahnya untuk mengadopsi RFID menguntungkan.

Tak heran, jika upaya raksasa Kimberly-Clark belum begitu ditanggapi para investor dan pemegang saham. Menurut analis A.G. Edwards & Sons Inc., Jason Gere, setidaknya dibutuhkan waktu dua tahun sebelum RFID mulai menunjukkan hasilnya pada perusahaan consumer goods raksasa seperti Kimberly-Clark atau Procter & Gamble.

Keputusan Kimberly-Clark menjadi pengguna awal RFID boleh dibilang langkah berani, namun dengan pertimbangan bisnis yang matang. Seperti diakui Assink, pihaknya tidak memiliki anggaran yang tidak terbatas, sehingga mereka harus selektif menerapkan gagasan ini di titik-titik yang memang berpotensi memberikan hasil terbaik.

Namun, menurut Gere, langkah Kimberly-Clark untuk jauh-jauh hari menyiapkan RFID merupakan langkah yang tepat, karena dalam beberapa tahun ke depan inisiatif seperti itu berpotensi memberi keunggulan kompetitif bagi Kimberly-Clark sendiri. Setidaknya, ketika perusahaan-perusahaan lain mulai mengadopsi RFID, Kimberly-Clark sudah berada jauh di depan.

sumber www.ebizzasia.com




Senin, 08 September 2008

Cara Menghitung Check Digit Barcode EAN13


Kode Barcode EAN-13 membagi kelompok dalam empat bagian, tiga angka untuk kelompok pertama, 4 angka untuk kelompok kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu angka untuk kelompok keempat. Tiga digit pertama mewakili Negara dimana barcode dikeluarkan, masing-masing Negara berbeda angka (nomor kodenya). Nomor 899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada Negara lain di dunia yang akan memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini biasanya dikenal sebagai FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan di dua Negara terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh suatu lembaga EAN International, kalau di Indonesia diatur oleh lembaga GS1 Indonesia

Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna (manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan nomor perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai barcode yang dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada perusahaan Indonesia lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”, maka hal ini tidak akan ada angka duplikasi.
Susunan lima digit berikutnya mewakili kode produk dan dialokasikan oleh perusahaan untuk produk-produk unik. Perusahaan harus secara mutlak memastikan bahwa mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua kali. Jika produk diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya (sekalipun sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW FORMULA”), nomor lima digit baru harus dialokasikan.

Dalam rencana produk pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai nomor barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang.
Check digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama. Sebuah perangkat lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat menghasilkan (menghitung) check digit ini. Check digit digunakan oleh barcode reader (alat baca barcode) untuk memastikan agar dibaca secara akurat. Reader (alat baca) barcode akan membaca keseluruh tiga belas digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun dari keduabelas pertama angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas dan jika hitungan ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode telah dibaca dengan benar.

Perhitungan Check Digit Barcode EAN13 menggunakan rumus Modulo 10 atau sisa hasil bagi 10

Berikut ini adalah cara meghitung cek digit barcode EAN 13

Sebagai contoh perhitungan angka 12345789012 dan cek digit belum kita ketahui:

Kode Barcode EAN : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
A. Check Digit : Pada saat ini belum diketahui
B. Digit : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
C. Dikalikan dengan : 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3
D. Hasil kali : 1 6 3 12 5 18 7 24 9 0 1 6 Total = 92
E. Dibagi dengan10 : 92/10 = 9 sisa 2
F. Check sum : 10 – Sisa = Check Digit
G. Check Digit : 8
Maka kode barcode menjadi 1234567890128

Kamis, 28 Agustus 2008

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa". (QS. Al Baqarah: 183)

Kepada semua teman-teman Blogger, selamat menunaikan ibadah puasa. Berikut ini adalah jadwal imsakiyah Ramadhan 1429 H untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Jika anda di luar wilayah DKI, jadwal imsakiyah untuk kota-kota lainnya di Indonesia bisa dilihat di sini.
Sumber :http://www.pkpu.or.id/imsyak/
"

Senin, 25 Agustus 2008

Cara Mengaktifkan Radio Access Point CISCO Aironet 1200 Series

Dikarenakan Access Point CISCO Aironet 1200 tersebut dari pabriknya diset "RADIO OFF" (Blank setting), jadi user harus melakukan set-up yang diperlukan terlebih dahulu sebelum menggunakan AP tersebut.

Langkah-langkah berikut mungkin bisa membantu untuk men-set-up konfigurasi dasar dari AP tersebut:

Assign New IP Address
Untuk setup new IP address bisa gunakan Console Cable (berwarna biru) yang dikoneksikan antara AP dan PC melalui serial port (COM Port).
Gunakan Windows Hyperterminal untuk melakukan setting. Setting COM-nya: Baud:9600, Parity:None, Data:8, Stop:1.
Instruksi settingnya sebagai berikut :

Langkah selanjutnya Assign New SSID


Untuk setting RADIO nya (Power-ON/Enables Radio)
Berikut langkah-langkahnya, semoga dapat membantu

Selasa, 12 Agustus 2008

SATO Barcode Printer


SATO is a pioneer in the Automatic Identification andData Colection (AIDC) industry and the inventor of the world’s first electronic thermal transfer barcode printer. It revolutionized the barcoding industry by introducing the Data Col ection System (DCS) & Labeling concept – a total barcode and labeling solution providing high quality barcode printers, scanners/hand-held terminals, label design software and consumables. SATO is one of the first in the industry to introduce a complete, multi-protocol EPC-compliant, UHF RFID solution.Today, SATO continues its tradition of designing and manufacturing high quality industrial printers that deliver reliable performance with each print job. For ease of Operation, All version of Label Gallery can operate on all windows and Japanese Operating System.
Software & Software Development
LabeL GaLLery 2 - Label Design Software
Label Gallery 2 is a unique label design and production suite of software based on an easy-to-use and intuitive user interface designed specifically for SATO Printers.Label Gallery 2 offers a family of professional labeling software products including a multi-lingual user interfaceand complete barcode printing solutions for desktop and enterprise users.
LabeL GaLLery 3 - Label Design Software

In addition to off-the-shelf labelling solutions, INDONAGATOMI ( www.barcode-id.co.id ) sole distributor in Indonesia Market for SATO product also has an inhouse team of Software Development Engineers to cater to special requirement and customise software that fits and matches.

LabeLs and Ribbon
INDONAGATOMI ( www.barcode-id.co.id ) Supplies are produced with the highest quality materials to ensureoptimum print performance and long life for the printhead. They are specifically manufactured to complement the features of SATO printers,but will work equally well on other thermal printers.

M10e
A new addition to the SATO Family, the M-10e is a high speed, wide-web printer that prints a whooping 10,5 wide label without blinking an eye. It is especially useful and ideal for large compliance label applications.
• Large format industrial printer
• Industry leading throughput
• High-speed interface
• Up to 11.8" wide
• Wrinkle-free media handling
• Options and features rich
• Wide range of interface connectivity options using I/F Plug-In Modules
Printing Speed 3" - 5"/s (75 - 125 mm/s)
Weight 50.7 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 10.51" W x 16.54" L (266.7 mm x 420 mm
Dimensions 18.7" W x 12.3" D x 12.5"
Print Resolution 305 dpi (12 dpmm)

GL4e Series
• Field-upgradeable UHF RFID option
• Competitive emulations
• Industrial mid-range solution
• Multi-port interfaces
• Industry-leading printer management utility
• Maintenance simplicity
• LARGE graphical LCD
• Standard tri-port communication protocols
Printing Speed Up to 10"/s (254 mm/sec)
Print Resolution 203/305 dpi (8/12 dpmm)
10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
Weight 33 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Dimensions 10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
Max Print Area 4.09" W x 98.98" L (104 mm x 2514 mm)

GL4e RFID Series
Industries first thermal printer designed for UHF RFID printing/encoding. The GL4e EPC Gen 2 printer is ideal for asset tracking, inventory management, shipping/receiving and distribution.
Printing Speed Up to 10"/s (254 mm/sec)
Print Resolution 203/305 dpi (8/12dpmm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.09" W x 98.98" L (104 mm x 2514 mm)
Dimensions 10.75" (W) x 18" (D) x 12" (H)
RFID Supported UHF (EPC)

M84Pro
The M-84PRO is by far, the SATO printer with the highest resolution. It comes with interchangeable print heads that allow user to select printing at 203,305, or 609 dpi. Coupled with speed, this printer is a must-have for all high volume printing needs. What’s more is the availability of the various accessories to help make this printer a reliable all-rounder, all year round.
• User configurable 203, 305, or 609 dpi print resolution
• RISC CPU for outstanding performance
• High print speed
• High print quality and print resolution
• Heavy-duty metal industrial construction
• Wide range of interface connectivity options using I/F Plug-In Modules
• Proven rugged reliable design
• 18 MB of on-board memory
• Print from any Windows® application
203 dpi - up to 10"/s
Printing Speed 305 dpi - up to 8"/s
609 dpi - up to 6"/s
Print Resolution 203/305/609 dpi (8/12/24 dpmm)
Processor 32-Bit RIS
Weight 39.7 lbs.
Max Print Area 203 dpi - 4.1" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
305 dpi - 4.1" W x 32.8" L (104 mm x 835 mm)
609 dpi - 4.1" W x 14" L (104 mm x 356 mm) 10.4"
Dimensions (W) x17.1" (D) x 13.4" (H)


CL408e RFID/412e RFID
The ideal solution for EPC compliance, tracking, security, and internal closed-loop RFID applications. In a one-step process the CLe RFID printers write, verify and print smart labels and tags with embedded RFID transponders.
Printing Speed 2" - 6"/s (50 - 150 mm/s)
Print Resolution 203 dpi - 4.1" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
305 dpi - 4.1" W x 32.8" L (104 mm x 835 mm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.09" W x 49.2" L (104 mm x 1249 mm)
Dimensions 10.7" (W) x 16.9" (D) x 12.6" (H)
RFID Supported UHF (EPC) / HF (ISO 15693)


CL608e/612e
SATO’s extraordinary CL6 “e” series print a full 6 – 6,5” wide image accepting media of up to 7”. Specially designed to serve the industrial sector where harsh environment is always the norm, this heavy duty series comes with a rigid chassis that is housed in a durable steel case to ensure consistent print quality. With every CL6 ‘e’ series of printer is the exlusive SATO printhead control circuit which monitor the printhead conditions and automatically adjusts print energy for optimum print quality. And now, the ‘enhanced’ version with an amazing throughput takes you a step forward in all technological sense.
Printing Speed 4" - 8"/s (100 - 200 mm/s)
Print Resolution 203 dpi on CL608e (8 dpmm)
305 dpi on CL612e (12 dpmm)
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 6.0" W x 49.2" L (152 mm x 1249 mm) on CL608e
6.5" W x 32,8" L (165 mm x 833 mm) on CL612e
Dimensions 165mm (W) x 430mm (D) x 298 (H)
Weighs 19 kg

MB Series
• 802.11b, Bluetooth and RS232 connectivity
• Up to 1.89"/4" wide print
• Rugged design
• Light weight
Dimensions 3.5" (W) x 5.03" (D) x 2.9" (H)
Weight 0.9 lbs. (with battery)
Print Resolution 203 dpi (8 dpmm)
Max Print Area 1.89" W x 6.3" L (48 mm x 160 mm)
Printing Speed Up to 4"/s (100 mm/s) at 16% printing coverage

CX400
SATO’s new latest desktop printer, CX400 comes with a 32-Bit High RISC processor and allows for maximum throughput directly from standard Windows application as well as from SATO’s preparatory labeling software – SATO Label Gallery. The CX400 not only boats of a sleek look with its smooth lines but also of its sturdy chassis. Offering a superior print quality, the CX400 is more than perfect for low volume printing needs. Designed with “ease to usage” in mind. Its wide loading compartment makes it easy for media loading (5”OD label roll can be loaded).
• Compact design
• Economical solution for low volume applications
• Easy loading and maintenance
• Up to 4 ips print speed
• Large media capacity
Printing Speed 1 - 4"/s (25.4 - 101.6 mm/s)
Print Resolution 203 dpi (8 dpmm)
Max Print Area 4.1" W x 45" L (104 mm x 1143 mm)
Dimensions 7.7" (W) x 10.2" (D) x 6.5" (H)
Weight 8.1 lbs.

CT400/410
At last, a barcode printer small enough to fit into whatever little space you have and at the same time, print a variety of linear & 2D barcode symbologies. With high data transfer & processing speeds, the CT print continuously, without pausing between labels, even when label design are of completely different text and/ or graphics. It even comes with Windows driver that allows the creation of label format using virtually any Windows based programme.
• RISC CPU for outstanding performance
• High print speed
• High print quality and print resolution
• Compact feature-rich design
• Antibacterial plastic enclosure
• Wide range of internal interface connectivity options including Ethernet
2" - 6"/s (50 - 150 mm/sec) on CT400
Printing Speed 2" - 4"/s (50 - 100 mm/sec) on CT410
Print Resolution 203 dpi on CT400 (8 dpmm)
305 dpi on CT410 (12 dpmm)
Weight 6.6 lbs.
Processor 32-Bit RISC
Max Print Area 4.1" W x 15.7" L (104 mm x 400 mm)
Dimensions  7.8" (W) x 9" (D) x 7.1" (H)

DR300
Touch-Screen with 10-Key-Pad controller gives ease of operation & better productivity
This retail printer has stand-a-lone feature, which means you do not need a separate computer to design your labels &tags. The optional user-friendly Touch-Screen with 10-Key-Pad controller gives ease of operation & better productivity. With the Enhanced ROM, the DR300 is now capable of calculating Discount, GST/VAT and Unit Item Price. With an optional memory card, it can store up to 2800 sets of pre-set data.
Print Resolution 203dpi (8dpmm)
Max. Print Area W80mm x L178mm (W3.15” x L7”)
Print Speed 100, 125, 150mm/sec (3.94, 4.92, 5.91 ips)
Dimension W212 x D392 x H240mm (W8.3” x D15.4” x H9.4”)
Weight 8kg

Senin, 11 Agustus 2008

Google Toolbar - How to Add it to Your Browser and Why You Want to Do It

In simple terms, a web browser toolbar is any group of buttons or icons that activate a given program function when clicked. They are designed to offer shortcuts to commonly used functions when you browse the Internet.

It's a worldwide accepted fact that Google is the most popular search engine amongst thousands of Internet search engines. But if you have to pull up Google's home page every time you run a search, you're wasting time. Google Toolbar was designed as a tool to make the Internet surfing easier and help people find the information they are looking for as quickly and easily as possible.
Google toolbar offers major benefits and other miscellaneous useful features, which are listed below:
Google Search Window: Take Google's search window with you anywhere you go on the Internet. This built-in search window makes it incredibly easy to make a quick and efficient search regarding anything you happen to be reading. It helps people find the information they are looking for as quickly and easily as possible.
Pop-Up Blocker: Pop-up ads - the little advertisement windows that sprout like weeds in your garden that "pop up" in your browser window and are a real impediment to productivity. It's best to use a pop-up blocker, which prevents these annoyances from opening as you surf the web. The Google toolbar has a built-in pop-up blocker that provides relief from this perpetual pest.
Auto Fill: The Google toolbar's auto fill function can save you scads of time filling out order forms and other pages on the Web. The feature lets you store your name, address, and other information in one place securely on your computer. This allows you to automatically have any form filled in based with your saved personal information and drastically speed up the process of filling out forms and applications online.
Additional Features: Google is continuously making updates and upgrades to the functions represented on the Google toolbar. Now they have options for spell check, a word translator and an autolink feature that instantly provides a map of a given location, bookmarks, a VIN number that gives a vehicle's history, ISBN numbers to book history, etc.
Google Toolbar for Internet web browsers is a feature provided by Google Inc. and it can be installed in almost any browser including Internet Explorer (IE) and Firefox. It provides you a Google search bar directly in your browser window. To install Google toolbar in your browser, first you must make sure you have an eligible operating system like Windows. It can be installed by navigating to: http://toolbar.google.com and following Googles installation instructions.
After you've installed Google Toolbar, you will notice it has a shortcut to the Google Bookmark page and Page Rank indicator. The Page Rank indicator denotes a web pages importance according to Google. Website pages are ranked on a scale of 0-10. Zero being the least important and ten the most important. Google Toolbar also has a feature that allows you to login quickly to your blog or Gmail account.
Google is also offering a new version of the Toolbar for enterprise environments. With this new version, a business can distribute customized toolbars to their users pre-loaded with custom buttons for Intranet sites, employee directories, and frequently used information sources.
These are just a few of the useful features provided by Google toolbar. It should be clear that Google Toolbar is a must for anyone who uses an Internet browser on a regular basis for faster and more efficient Internet surfing experience.

Steve Kozyk
CEO/Founder ITegrity
SEO Web Development & Custom Web Site Design Company
http://www.itegritygroup.com
Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Steve_Kozyk

Getting Started in SEO - What is SEO and How it Benefits Your Website

Having trouble getting started in SEO? Here is a little article in the first of a series I wrote up giving you layman's knowledge about how to get started in SEO. You can literally get started in SEO straight away right after you finish reading this article. Heck, I'm practicing SEO as we speak by writing this article. My aim in this article is to explain to you what it is and why you would want to think about learning about how to get started in SEO.

You need a solution to a problem. You turn on the computer, go online onto Google and type in your problem. The first page has numerous, relevant, important pages that provide you with solutions to your problem.
Welcome to the world of SEO.
SEO stands for Search Engine Optimization. It is one of the most popular free means of getting "traffic" to a site. In layman's terms, it means getting interested people to click onto the link for your website.
It is an important skill of Internet Marketers and Webmasters; Internet Marketers want their stuff to be bought, so they try to optimize their site to show up on page one of a search engine. Webmasters, those in charge of maintaining the design and popularity of a site, also have to be SEO specialists.
So. How do you go about getting started in SEO and getting your site to show up on the first page of a search engine? I'll tell you now that it's not easy getting started in SEO. A page that may have been number 1 a week a go may be number 2 this week. SEO should ideally be maintained regularly. That is, if you want your page to stay on top.
Without further ado, let's get started in SEO!
All content online is connected. It's a small world online, thanks to the search engines. They employ the use of mathematical formulae to calculate how "relevant" a page is. It also gauges the "importance" of a site by how many links point towards the site, ie. a site that has 10 recommendations from other sites will rank higher than a site that has 9 recommendations. But it doesn't stop there. Those 9 or 10 sites that link back to your site have to be deemed as "important" themselves to boost up your website.
Naturally, these two points go hand-in-hand; when you're getting started in SEO, try and have content that is relevant. Relevance leads to the article being deemed as an authoritative source and hence it will more likely get linked by big sites. Write to get interest, not to get traffic.
That's it for one article. To summarise, in order to get started in SEO, you have to write interesting, relevant content that would want people to link to your website,since that increases your important and subsequently, page number. Good luck getting started in SEO!

How to Check If Google Has Indexed Your Site

If you own a website or a blog, or both, you'd probably want Google to know you exist. I mean, Google knew YouTube existed and copped it for a whopping $1.6 billion dollars. I'm sure you could do with, half of that kinda cash lying around somewhere. So to get there, you need to get your site or blog indexed in Google as a starting point.

How To Check If Google Has Indexed My Site
1. Fire up your browser and go to Google. Now, type in the url of your site or blog into Google's search box either like http://yoursite.com/ or www.yoursite.com or yoursite.com. Each variation of the url might bring up different results so try all of those. If you get a result, you're IN! You're now in Google's database where someone who happens to search for your name or the name of your site, will find it in Google. For this example, I'll be using General Motors' blog (bet ya didn't know General Motors' had a blog, did ya?). Why General Motors as an example? I just like the color of its site.
2. Alternatively, you could type in site:http://www.yoursite.com or site:yoursite.com to see if it's indexed. This special syntax tells you how many of your pages Google has already indexed and are showing up in its database. Don't fret if yours isn't indexed yet. If your site is relatively new, it's quite probable that could be the reason why.
3. Now, if your site is indexed, what you'd probably like to do next is find out, how much Google really knows about it. So, type in info:http://www.yoursite.com or, info: followed by any of the other URL variations I mentioned above. That should bring up a page which looks something like this:
Google shows a few clickable links which you can click to get more information about your site. You will see a link to Google's cache of your URL. A cache is a copy of the page that Google indexed. You can click on 'link to' to see who's linking to your site and so on (a tool that I would recommend you use to find out who's linking to your site is MarketLeap's Link Popularity Check at http://www.marketleap.com/publinkpop/. It's free to use and very useful indeed).
Let's just try clicking on Google's cache and see what pops up. What you'll see is a bit of information that Google tells you about when it last indexed your site and at what time.
Tip: Those 'in the know' about search engine optimization takes advantage of Google's cache feature to have it spider their sites regularly. Here's how you can do the same:
If you have a whole lot of pages on your site, Google's bots will never usually index all of it in one go. It will spider your site a bit at a time and return to index some more.
What you do is check Google's cache a few times over a few days to see how often Google's bots 'pays homage' to your site. Once you get an idea of its frequency, update your content before Google's bots returns. Do this regularly enough, and Google's bots will understand that your site is one that is regularly updated. What happens then is the bots will keep a regular schedule of visiting your site.
Taking advantage of this fact, place a link in your site or blog (now knowing fully well when Google is coming over for a visit), that points to your own product page, which could be a direct response web site or an order page (these sites hardly rank well in Google because of its lack of content). This sends a surge of traffic from your blog (which is now regularly visited by Google) to your product's website (hardly visited by Google). That's traffic you never had to pay for.
There's a lot to search engine optimization than meets the eye, but it is vital to anyone doing business online to understand it. I'll be covering more on this topic along the way and pointing you to resources that will keep you well up-to-date on how to keep you sites highly ranked and bringing in steady traffic.
Copyright 2006 Kevin Singarayar. All rights reserved.

Jumat, 08 Agustus 2008

Simbologi Barcode

Dari banyak jenis barcode yang berbeda-beda, hanya 6 yang umum digunakan antara lain: EAN, UPC, Interleaved 2 of 5 (ITF), Code39, Codabar, dan Code 128.

EAN
EAN adalah singkatan dari European Article Number. Ada dua tipe utama barcode EAN: EAN 13 yang menampilkan angka tiga belas digit dan EAN 8 yang mengkodekan delapan digit. Dalam system ini digunakan kata digit dan bukan karakter. Tidak ada karakter Alphabet yang diperkenankan dalam kode ini.

EAN-13
Kode EAN-13 membagi kelompok dalam empat bagian, tiga angka untuk kelompok pertama, 4 angka untuk kelompok kedua, dan 5 angka untuk kelompok ketiga serta satu angka untuk kelompok keempat.
Tiga digit pertama mewakili Negara dimana barcode dikeluarkan, masing-masing Negara berbeda angka (nomor kodenya). Nomor 899 diberikan untuk Indonesia. Tidak ada Negara lain di dunia yang akan memakai angka 899 kecuali Indonesia, angka ini biasanya dikenal sebagai FLAG sehingga tidak mungkin ada nomor yang dikeluarkan di dua Negara terpisah dengan nomor yang sama. Hal ini diatur oleh EAN International.

Keempat digit kode berikutnya adalah untuk perusahaan pengguna (manufactur number). Jika perusahaan disebut “ABC” diterbitkan dengan nomor perusahaan “5522”, semua hal yang ditandainya harus mempunyai barcode yang dimulai dengan tujuh angka “8995522”. Karena tidak ada perusahaan Indonesia lainnya yang akan diterbitkan dengan nomor “5522”, maka hal ini tidak akan ada angka duplikasi.

Susunan lima digit berikutnya mewakili kode produk dan dialokasikan oleh perusahaan untuk produk-produk unik. Perusahaan harus secara mutlak memastikan bahwa mereka tidak pernah menerbitkan nomor yang sama dua kali. Jika produk diganti dengan cara apapun juga, sekecil apapun jumlahnya (sekalipun sedikit mengganti kemasan dengan menambahkan kata ekstra “NEW FORMULA”), nomor lima digit barus harus dialokasikan.
Dalam rencana produk pertama “ABC”, dengan nomor barcode “00001”, maka akan mempunyai nomor barcode “899552200001”. Untuk melengkapi kode EAN 13 (13 digit), sebuah CHECK DIGIT tercantum pada angka terakhir sesudah 12 digit terpasang.
Check digit disusun secara aritmatik dari dua belas digit pertama. Sebuah perangkat lunak desain (barcode) secara otomatis akan dapat menghasilkan (menghitung) check digit ini. Check digit digunakan oleh barcode reader (alat baca barcode) untuk memastikan agar dibaca secara akurat. Reader (alat baca) barcode akan membaca keseluruh tiga belas digit dari kanan ke kiri (sebaliknya), menyusun dari keduabelas pertama angka berapa yang seharusnya menjadi digit ketigabelas dan jika hitungan ini benar, maka reader akan menganggap bahwa keseluruhan kode telah dibaca dengan benar.

EAN-8
Barcode EAN 8 dibuat dengan cara serupa dengan EAN 13. Ketiga digit pertama merupakan Flag, yang diikuti oleh empat digit Pengenal Singkat (Short Identifier) berikutnya. Pengenal ini terdiri dari dua digit nomor perusahaan dan dua angka lainnya untuk produk yang unik. Digit terakhir juga merupakan check digit.

UPC (Universal Product Code)
UPC diciptakan oleh Amerika Serikat yang mewakili Kode Produk Universal (Universal Product Code) dan setara dengan European Article Number, EAN. Kode-kode UPC mudah dilihat mata yang tak terlatih yang hamper tepat sama dengan kode-kode EAN, tetapi hanya akan mengkodekan dua belas digit (UPC-A) dan delapan digit (UPC-E)

INTERLEAVED 2 OF 5
Tipe barcode lainnya adalah yang dikenal dengan nama Interleaved 2 of 5 atau ITF, seperti EAN, maka kode ini merupakan simbologi yang hanya terdiri dari angka-angka tetapi panjangnya dapat berubah-ubah. Satu-satunya factor pembatas untuk panjang kode ITF adalah kemampuan alat baca yang akan digunakan untuk membaca kode tersebut dan juga bahwa ITF harus memiliki jumlah digit genap.

ITF digunakan untuk aplikasi industri dimana kode angka saja sudah mencukupi dan juga digunakan dalam lingkungan penjualan eceran untuk menandai BUNGKUS LUAR. ITF juga digunakan oleh pedagang eceran perhiasan, sepatu, garmen/pakaian dll, karena karakter panjangnya yang dapat diubah-ubah.

CODE 39
Code 39 yang juga dikenal sebagai code 3 of 9, merupakan kode pertama berupa Alpha Numeric (huruf dan angka). Kode tersebut dapat membaca seluruh huruf besar abjad dan karakter angka serta karakter tambahan seperti -$ / + % * dan spasi. Huruf kecil tidak dapat dikodekan.
Code 39 juga dimulai dan diakhiri dengan tanda bintang (*) yang dikenal sebagai kartakter start/stop dan hanya boleh digunakan pada awal dan akhir kode.

CODABAR
Barcode lain yang umumnya digunakan adalah simbologi CODABAR, seperti Code 39 tetapi hanya angka-angka dan $ - / + saja yang dapat dikodekan. Karakter alpha tidak dapat dikodekan. Codabar juga menggunakan karakter start/stop, yaitu A, B, C dan D dan dapat digunakan sembarang kombinasi: satu untuk memulai kode dan satu untuk mengakhirinya. Dewasa ini simbologi ini sudah jarang digunakan.

CODE 128
Code 128 merupakan symbol barcode yang namanya mendefinisikan kemampuannya untuk mengkodekan seluruh karakter ASCII 128. Simbol ini juga terkenal karena kemampuannya mengkodekan karakter-karakter tersebut dengan menggunakan unsure kode per-karakter yang lebih sedikit sehingga menghasilkan kode yang lebih padat. Kode ini memiliki ciri khusus berupa karakter start dan stop yang unik untuk pengkodean dua arah dan panjangnya dapat diubah-ubah, baik paritas karakter bar maupun spasinya dan sebuah cek character untuk integritas symbol.

Barcode System Untuk Pemilu

Otomatisasi proses registrasi pemilih di TPS (pencatatan kedatangan, pengecekan kartu pemilih, pengecekan data ke daftar pemilih tetap, pengecekan apakah pemilih tersebut sudah datang sebelumnya) ternyata terbukti dapat mempercepat proses hampir 3 kali lipat. Kalau secara manual bisa pemilih yang diregistrasi di TPS adalah 4.8 pemilih per menit, dengan mengotomatisasinya makan kecepatannya dapat ditingkatkan menjadi 13.4 pemilih per menit.
Data di atas adalah hasil penelitian Dr. Hasyim Gautama yang dipresentasikan di Serial Diskusi Sabtuan ISTECS, hari Sabtu 28 Mei 2005 yang lalu dengan judul "Towards the Use of Electronic Voting for Indonesian Election". Untuk sebuah TPS dengan jumlah pemilih sekitar 1900 orang seperti di TPS KBRI Den Haag, Belanda, jelas terasa pemanfaatan e-technology dalam pelaksanaan Pemilu tahun lalu.

Teknologi yang digunakan adalah penggunaan barcode pada kartu pemilih. Ketika si pemilih datang, petugas di TPS cukup meng-scan barcode di kartu itu maka secara otomatis data pemilih akan tercek dengan cepat. Kemudian si pemilih dapat diberikan kartu suara untuk selanjutnya melakukan pencoblosan.

Tidak hanya dalam bentuk presentasi, Hasyim juga memberikan demo bagaimana sistim yang dibangunnya untuk PPLN Belanda ini bekerja, lengkap dengan hardwarenya seperti sebuah scanner tangan dan laptop. Contoh bagaimana misalnya ada orang yang mencoba datang untuk kedua kalinya, ternyata dapat mudah terdeteksi dengan sistim ini.

Dipaparkan juga bahwa pelaksanaan sebuah pemilu itu pada dasarnya terdiri dari 3 proses: registrasi pemilih, proses pecoblosan dan proses perhitungan suara. "UU kita tidak mengakui perhitungan suara secara elektronik, berarti pencoblosan harus juga dilakukan secara manual," papar Hasyim. Karena itu yang dapat diotomatisasi dengan menggunakan teknologi elektronik ini baru proses registrasi saja, papar doktor lulusan TU Delft, Belanda, ini.
Diskusi kemudian berkembang ke arah prospek pemanfaatan sistim ini dalam pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang akan mulai bergulir dengan segera. Karena itu, pembangunan sistim seperti ini sebenarnya investasi yang menguntungkan buat negara karena akan dipakai secara berulang dan terus menerus. Tantangannya adalah bagaimana membuat sistim ini murah karena ukuran sebuah laptop di Indonesia masih terasa mahal.

Pembicaraan yang berlangsung dalam suasana hangat dan penuh keakraban itu kemudian merekomendasikan untuk terus melakukan kajian penggunaan teknologi e-voting dalam dua fase selanjutnya, yaitu fase pencoblosan dan fase perhitungan suara. Meskipun UU belum memungkinkan, kita harus melangkah mendahului dengan menyiapkan kajian tentang hal itu, kata seorang peserta diskusi. Peserta yang lain mengusulkan untuk mempresentasikan sistim ini ke hadapan anggota legislatif baik pusat maupun daerah, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam pemilihan-pemilihan yang akan berlangsung. Ade K. Mulyana, director of research division ISTECS yang mengadakan acara ini, menyebutkan bahwa sistem ini sangat baik jika bisa diterapkan di Indonesia.(beritaiptek.com)

Pemanfaatan Barcode System Pada Perusahaan Penerbangan (Airline)

Perusahaan Penerbangan di Inggris saat ini telah mengijinkan penumpang untuk melewati keamanan tanpa penggunaan kertas (tiket atau semacamnya), tapi hanya menggunakan handphone saja.

Para pejabat disana telah meluncurkan sistem baru dimana sistem ini akan mengirimkan kode boarding-pass ke handphone atau peralatan elektronik hitech lainnya semacam organizer yang dimiliki oleh customer bagi mereka yang melakukan check-in secara online.

Perusahaan penerbangan ini adalah perusahaan yang pertama kali menerapkan sistem ini di Inggris, dimana sistem ini sedang diuji coba selama 3 bulan. Diharapkan bahwa sistem ini secara mendasar mampu mengurangi waktu tunggu (waiting times).

Pada tahap uji coba ini semua proses (boarding) dilakukan tanpa menggunakan kertas sama sekali seperti yang saat ini berlaku, sistem akan mengirimkan gambar barcode boarding pass ke handphone yang mempunyai kemampuan menerima pesan gambar. Barcode akan discan dua kali – pertama di security checkpoint dan berikutnya di boarding gate – sedangkan pesan teks yang berisi informasi penerbangan akan dibaca oleh kru kabin.

Sementara itu barcode dua dimensi hanya akan digunakan untuk menghindarkan penumpang memasuki area yang tidak diperbolehkan bagi mereka untuk memasukinya.

Pelayanan check-in ini diluncurkan lebih dari seminggu yang lalu dan sampai saat ini hanya melayani penerbangan antara London Heathrow dan Edinburgh, serta Manchester dan Belfast.

Jika proyek ini sukses, perusahaan berencana untuk memperluas sistem ini untuk melayani jurusan penerbangan yang lain dalam jaringan penerbangannnya, termasuk Glasgow dan Aberdeen.

Perusahaan ini mengatakan bahwa pelayanan ini diluncurkan sebagai bentuk bagian dari komitmen dari perusahaan untuk mengurangi time spent (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses) di airport dan untuk menjaga posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Inggris. Sebagai tambahan, sekarang penumpang tidak perlu lagi mencetak sesuatu ketika mereka melakukan check-in secara online.

Peter Spencer, seorang Managing Director perusahaan tersebut mengatakan: “Sistem paperless boarding adalah langkah ke depan yang signifikan dan menawarkan kesempatan untuk mem-bypass proses check-in di Airport.
Customer yang melakukan check-in secara online akan mempunyai boarding pass yang dikirimkan langsung ke handphone mereka, yang membuat mereka dapat langsung menuju ke security poin atau ke “System Bmi’s quick bag-drop stations” jika mereka membawa koper bawaan.

Barcode Unik









Kamis, 07 Agustus 2008

ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu)

kau gadisku yang cantik
coba lihat aku disini
di sini ada aku yang sayang padamu

kau gadisku yang manis
coba dekat aku disini
di sini ada aku yang cinta padamu

* walau ku tahu bahwa dirimu
sudah ada yang punya
namun aku tunggu sampai kau mau

reff:
woo woo jangan jangan kau menolak cintaku
jangan jangan kau ragukan hatiku
ku kan selalu setia menunggu
untuk jadi pacarmu

woo woo jangan jangan kau tak terima cintaku
jangan jangan kau hiraukan pacarmu
putuskanlah saja pacarmu
lalu bilang I LOVE U padaku

repeat *
repeat reff [2x]


Lirik'>http://liriklaguindonesia.net/s/st12/st12-puspa-putuskan-saja-pacarmu/">Lirik lagu ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu) ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download'>http://downloadlaguindonesia.net/downloadmp3.php">download MP3 ST12 - PUSPA (Putuskan Saja Pacarmu).


Template by : kendhin x-template.blogspot.com